Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aliem

ASN di Badan Pusat Statistik.

Cinta di Atas Jerami (Bagian Kedua)

Diperbarui: 23 Maret 2018   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, secarik amplop kertas diantar ke rumahnya. 

Mappa menerima amplop itu dari seorang anak berbaju adat, baju bodo tepatnya. Anak itu pamit setelah mengantar undangan, meninggalkan Mappa sendiri di beranda rumah panggung. Mappa tampak biasa saja menerimanya.

 Namun, tetiba wajahnya membatu, hatinya bergemuruh, tangannya bergetar setelah membuka amplop dan membaca isinya. Hal yang tak pernah disangka sebelumnya. Kekasih hati yang baru dilamarnya, ternyata menghianati cintanya. 

Nama kekasihnya tertulis di kertas undangan itu bersanding dengan nama seorang lelaki yang juga sahabat karibnya. Akan menikah NurHalimah (Nur) dan Passapu (Passa') begitu yang tercetak di halaman pertama pada undangan.

Nur memang terkenal sebagai kembang desa. Sedangkan Passa' adalah sahabat yang selama ini selalu bersamanya. Sahabat yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri. Bahkan Passa' sendiri yang menyuruh Mappa untuk melamar Nur secepatnya, sebelum diambil orang. Kenyataan berkata lain, ternyata sahabat yang sangat dipercaya itu yang akan menjadi pendamping hidup Nur, kekasih yang menjadi satu-satunya wanita yang pernah singgah di hatinya.

 Sampai saat ini pun, tak ada wanita lain yang mampu menggantikannya. Cinta pertama dan terakhir, kata yang pernah diucapnya kepada Nur dua minggu sebelumnya.  

Saat Mappa berani membuka hatinya untuk seorang gadis desa, di saat itu pula hatinya disayat sembilu. Mappa telah memberikan jiwanya untuk disakiti. Cinta yang berakhir luka dan membunuh keyakinannya.

Tiga bulan sebelumnya, Mappa memberanikan diri untuk melamar Nur. Awalnya, orang tua Nur menerimanya dengan baik. Mappa mengutarakan niatnya untuk meminang Nur dan menjadikannya pendamping hidupnya. Saat mendengar keinginan Mappa, orang tua Nur memberi syarat uang panai sebesar 65 juta rupiah ditambah seekor sapi, satu stel emas, dan erang-erang (barang bawaan persembahan untuk calon mempelai wanita, biasanya pakaian, sepatu, sandal, kue, buah-buahan,dsb). 

Orang tua Nur tidak ingin kalah dengan para tetangga yang lebih dahulu menikahkan anak perempuannya. Apalagi seminggu sebelumnya, sepupu Nur dipinang dengan uang panai 70 juta rupiah ditambah seekor sapi dan barang bawaan lainnya. Gengsi, kata orang tua Nur jika uang panai anaknya jauh berada di bawah sepupunya itu. 

Syarat inilah yang tak mampu dipenuhi Mappa. Jangankan uang sebanyak itu, biaya makan sehari-hari saja sulit. Dengan wajah lesu, Mappa pamit meninggalkan rumah Nur dan berharap sebuah keajaiban terjadi.

Tapi malang tak bisa ditolak, karena tak mampu, Mappa sangat terpukul. Di mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Walaupun menjual sawah peninggalan kakeknya, uangnya belum cukup. Nur sempat mengajaknya silariang (kawin lari), tapi karena tak ingin membuat keluarga besarnya malu, Mappa menolak ajakan Nur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline