Partai pendukung pemerintah, PDI Perjuangan memilih pasangan Nurdin Abdullah (NA) dan Andi Sudirman Sulaiman untuk diusung di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel). Sang Profesor, panggilan Nurdin Abdullah menerima langsung surat rekomendasi dari ketua umum PDI Perjuangan.
Bupati Bantaeng dua periode ini memutuskan untuk berpasangan dengan Andi Sudirman Sulaiman(ASS) , adik dari menteri pertanian Amran Sulaiman. Sebelumnya, NA telah memilih Tanribali Lamo (TBL) sebagai pasangannya. Tapi karena terkendala dukungan partai, akhirnya NA memilih ASS untuk mendampinginya dalam pertarungan di Pilgub Sulsel tahun depan.
Partai Gerindra yang diketahui menjadi rival PDIP pada Pilgub DKI yang lalu juga mengusung NA -- ASS. Tak hanya Gerindra, dua partai lainnya yaitu PAN dan PKS juga menyerahkan rekomendasinya kepada NA-ASS. Penyerahan bukti rekomendasi diberikan hari ini (22/10/2017) pada acara deklarasi Pasangan NA-ASS di lapangan karebosi yang dirangkaikan dengan acara jalan sehat bersama NA.
Hingga saat ini, sudah ada dua pasang calon gubernur yang mengantongi rekomendasi partai dengan jumlah kursi yang sudah cukup untuk mengusung calon. Selain NA-ASS, ada politisi senior Partai Golkar Nurdin Halid yang berpasangan dengan anggota DPD RI Aziz Qahhar Mudzakkar dengan tagline NH-AZIZ.
Bakal calon lainnya Agus Arifin Nu'mang yang saat ini menjabat sebagai wakil gubernur Sulsel belum mendapatkan dukungan partai. Ichsan Yasin Limpo (IYL) yang merupakan adik kandung dari Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menjabat Gubernur Sulsel saat ini baru mendapat rekomendasi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). IYL berpasangan dengan Andi Mudzakkar yang menjabat bupati Luwu. IYL dengan tagline Punggawa adalah mantan Bupati Kab. Gowa selama dua periode.
Awalnya, PAN digadang-gadang akan mengusung IYL. Tapi di tengah jalan, PAN berbalik arah dan mendukung NA-ASS. Hal ini menyebabkan perpecahan kader PAN Sulsel. Sebagian besar kader PAN telah berkomitmen untuk memenangkan Punggawa-Macakka tagline dari IYL-CAKKA. Perpecahan ini dapat dilihat pada saat deklarasi NA-ASS hari ini dimana kader elite PAN tidak muncul. PAN hanya diwakili oleh Busrah Abdullah untuk menyerahkan bukti rekomendasi dari DPP PAN.
Politik terkenal kejam. Komitmen seringkali dilanggar demi kepentingan tertentu. Politik sangat dinamis, dimana dukungan bisa saja beralih. Pecahnya pasangan NA-TBL sebelum deklarasi dinilai negatif oleh sebagian masyarakat Sulsel. NA dicap tidak memiliki komitmen pada pasangannya. Selain itu, terpecahnya kader PAN akan sangat berpengaruh bagi mesin politik PAN itu sendiri. Bagaimanapun, politik memiliki kepentingan. Pecah kongsi itu biasa. Semua diserahkan kepada masyarakat untuk menentukan pilihannya.
Hal menarik lainnya adalah bersatunya PDIP dan Gerindra dalam mengusung pasangan calon gubernur. Kepentingan politik nasional akan sedikit bergeser. Dimana kita tahu bahwa pada Pilpres nanti PDIP tetap akan mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Sedangkan Gerindra akan mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Sebagai orang awam, muncul sebuah pertanyaan. Jika NA-ASS terpilih, kira-kira siapa yang akan mereka dukung untuk maju di Pilpres mendatang.
Menarik untuk ditunggu siapa saja yang akan maju di pertarungan Pilgub Sulsel tahun depan. Sekali lagi, politik itu sangat dinamis. Seteru bisa menjadi kawan, begitu pun sebaliknya. Akhirnya, pilihan ada pada masyarakat dalam menentukan pemimpin Sulsel, pengganti sang Komandan yang telah dua periode memimpin Sulsel. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H