Kurang lebih dua tahun lalu, sebuah gaya hidup saya terapkan. Alasan utamanya adalah untuk menurunkan berat badan yang sudah menunjuk angka 85 kilogram. Dengan medan kerja pegunungan dan seringkali harus berjalan kaki, tentunya badan saya lumayan berat dibawa mendaki. Setelah melihat sebuah program diet di televisi yang juga diinisiasi oleh seorang artis yang menjadi pembawa acara sebuah talk show. Karena melihat bukti langsung dari pengalaman sang mantan ilusionist, saya merasa tertarik untuk melakukannya.
Panduan saya unduh di internet. Saya pelajari tentang tatacara dietnya. Pada intinya, kita harus berpuasa kecuali air putih dalam waktu 12 hingga 24 jam sehari. Lebih lanjutnya disebut dengan istilah jendela makan. Sebagai pemula, saya memilih berpuasa (water fasting) dengan jendela makan 8 jam. Saya mulai makan pada jam 12 siang hingga jam 8 malam di tiga hari pertama. Di luar itu, saya hanya minum air putih. Selain itu, saya juga berolahraga di pagi hari maksimal 15 menit. Gerakannya juga saya copas dari panduan sang artis.
Baca Juga : Pendataan dan Stigma Bantuan
Pada hari keempat, saya mulai memaksa diri untuk menaikkan jendela makan. Saya mulai makan pada jam 12 siang hingga jam 6 petang. Jendela makan 6 jam lebih tepatnya. Biasanya saya hanya makan nasi sekali dalam sehari, yaitu hanya pada siang hari. Sedangkan sebelum jam 6 petang, saya makan tahu dan tempe. Biasanya, istri saya membuatkan tempe - tahu penyet bumbu pedas, wuih enak, saya jadi lapar, hehehe.
Baca Juga : Jangan Miskin Ilmu di Gudang Ilmu
Pada minggu kedua, saya telah berpuasa dengan jendela makan 4 jam. Artinya, saya hanya makan di selang waktu 4 jam saja. Jadi, saya berpuasa (selain minum air putih) dalam waktu 20 jam sehari semalam. Bisa ya? Iya iyyalah bisa. Bahkan pernah beberapa kali saya hanya makan sekali dalam sehari semalam dan berpuasa (selain minum air putih) selama 24 jam.
Awalnya memang berat, tapi setelah menjadi kebiasaan dan sudah menjadi gaya hidup, semuanya akan terasa ringan. Di pagi hari, saya minum teh tanpa gula. Kemudian makan hanya sekali dalam sehari semalam. Tentunya tetap berolahraga ringan.Terus, bagaimana dampaknya? Kurus nggak? sehat nggak? Sabar, hehehe.
Alhamdulillah, berat badan saya turun 16 kilogram. Tadinya badan saya beratnya 85 kg, turun menjadi 69 kg. Wuih, canggih ya. Tersiksa nggak? Kalau niatnya tidak kuat ya pasti tersiksa, hehehe. Tapi, gaya hidup itu hanya berlangsung dalam jangka waktu 2 tahun. Dalam waktu setahun ini, saya kadang tidak mengikuti aturan OCD lagi. Dan berat badan saya sekarang menunjuk angka 72 kg. Bahkan bulan lalu 75 kg.
Baca Juga : Indeks Demokrasi DKI Jakarta Terjun Bebas
Belakangan ini saya tertarik dengan gaya hidup Keto-Fastosis (KF). Saya juga tergabung dalam grup FB KF. Menariknya, begitu banyak kesaksian dari pelaku KF yang terbebas dari penyakit ganas. Aturannya juga hampir sama dengan OCD, berpuasa tetap jadi protokol dasar. Bedanya ada pada aturan jenis makanan yang bisa disantap. KF tidak ada lagi konsumsi gula dan karbohidrat, atau bahasa kerennya No Carbo, No Sugar. Nggak makan nasi, emang bisa hidup? Buktinya, ribuan orang yang mempraktekkan gaya hidup ini menjadi lebih sehat dari sebelumnya.
Tata cara KF bisa anda "guugling". Sudah ada panduan atau protokolnya. Baca dengan seksama, dalam waktu se-singkat-singkatnya, hehehe. Pelajari dengan baik, gabunglah dengan grup resmi di sosial media.