Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aliem

ASN di Badan Pusat Statistik.

Kisah Kakek dan Kolor

Diperbarui: 21 Mei 2017   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang kakek tua berjalan menuju tempat wudhu sebuah surau di tepi jalan. Beliau melipat sarung lalu melangkah ke toilet. Bukan kali ini saja kakek tua itu hanya menyisakan selembar 'celana kolor' dan baju di badannya. Beliau sangat takut terkena percikan 'urine' walau hanya setetes. Sungguh takut, alasannya sederhana. Shalatnya takkan diterima karena hadas yang menempel di pakaiannya.

Setelah itu, beliau lantas mengambil wudhu dari pipa bambu yang disumbat kayu. Air mengucur deras dari penampung dan dibasuhkan ke bagian tubuh. Dibasuhnya satu per satu tubuhnya yang wajib dalam wudhu, dimulai dari tangan dan berakhir di kedua kaki.

Sehabis wudhu, doa dipanjatkan seraya mengangkat kedua tangan. Dipasangnya kembali sarung dan dilipat kuat di pinggang. Lalu memakai songkok hitam yang telah buram. Menandakan betapa usia songkok hitam telah cukup tua. Songkok yang setia menemani kesehariannya, baik saat beribadah maupun bermuamalah.

Langkah kaki tak lagi sekuat semasa mudanya. Sedikit gemetaran. Namun masih kokoh jika dikorelasikan usianya. Sandal jepit berwarna biru dilepas di depan pintu. Tak ada sedikit pun rasa cemas akan kehilangan alas kaki. Tangan kanannya membuka pintu surau secara perlahan. Beliau mengambil posisi di shaf terdepan. Memulai ritual dengan dua rakaat. Lalu mendirikan empat rakaat wajib di siang itu, berjamaah bersama yang lain.

***

Sebuah pesan terselubung beliau sampaikan melalui kebiasaannya saat buang air kecil. Menanggalkan sarung, dan berusaha tak terkena najis. Takut walau hanya terkena setetes 'urine'. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan begitu banyak orang yang buang hajat (buang air kecil) sambil berdiri, apalagi sambil "menyiram" pohon.

Jika memakai celana panjang, beliau akan menanggalkannya. Atau paling tidak, beliau membawa sarung dan dipakainya saat shalat. Mengganti celana panjang dengan sarung Lalu mendirikan shalat.
Hal ini mungkin sering dianggap sepele. Tapi sangat mendasar. Ilmu Taharah yang wajib diketahui dan dipraktekkan. Barakallah. (*)

Butta Gowa, 21052017
#basareng




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline