Lihat ke Halaman Asli

Jelang Maghrib Bercerita Soal Ahok

Diperbarui: 11 Maret 2016   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin sore, menjelang maghrib, saya memutuskan, menghubungi abang mentor saya. Hati saya panas! Terbakar! Seperti orang yang begitu ketakutan! Saya MARAH! Kami pun terlibat obrolan ringan yang sangat singkat.

 “Malam, bang. Kita ikutan bantuin kampanye Ahok, yuk! Ngeri ini kalau sampai orang baik kayak Ahok dihilangkan dari DKI. Cemana?”
 “Hehehe... Udah dikeroyok koq.”
 “Semua katanya mau menumbangkan rame-rame. Kalau sampe #TemanAhok nggak konsisten, tamatlah! Nanti aku kontak mereka yah, apa yang bisa kita bantu.”
 “Maksudku, rakyat udah ngeroyok kerjaan untuk menangin Ahok.”
 “Iya, bang, semoga menang lagi! Gawat kalau dikerjain. Ke Sumut ajalah kalau kalah yah.”
 “Hahahaha...”
 “Masak kayak Y****l pun turun tangan, ikutan, ckckckck.... Semoga jadi RI 2 Ahok, bang!”

[caption caption="Sumber Foto: Aang Kunaivi"][/caption]Usai chatting singkat itu, saya memutuskan mengirimkan pesan akan ikut bergabung dengan relawan Ahok kepada sebagian besar teman-teman saya, mereka penulis-penulis muda yang punya hati untuk bangsa ini.

Gayung bersambut, salah satu dari mereka mengatakan, “Bang, itu ketua #TemanAhok kawanku, nanti aku kenalin abang ke dia yah. Lagi di luar kota sekarang. Nanti kita atur janji.” Secepat kilat saya mengiyakan.

Tapi saya sadar, saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang pemimpi besar, yang hanya bisa melakukan hal-hal kecil, dan itu lebih sering tidak ada sangkut pautnya dengan masa depan pribadi saya sendiri. 

Tapi, sekali lagi, saya percaya, kalau pun ada dampak kecil yang bisa saya lakukan, kesempatan untuk memperbaiki bangsa ini terbuka lebar, dengan mendukung orang-orang baik duduk di pemerintahan.

Benang merahnya, kalau Ahok bisa menang secara independen, akan menjadi percontohan untuk daerah lain. Sehingga, para kepala daerah tidak hanya akan bekerja demi menyenangkan wakil-wakil rakyat, tetapi bisa benar-benar dan lebih leluasa mengeluarkan kebijakan yang menyejahterakan rakyat. 

[caption caption="Sumber Foto: Paulus Lubis"]

[/caption]Dua kali saya bertemu dengan Ahok. Tetapi bukan itu alasannya utamanya. Saya hanya ingin memenuhi kerinduan hati saya, seperti keinginan teman-teman selama ini, Indonesia maju! Hanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline