Seminggu sebelum Pilkada DKI, saya bercakap-cakap dengan seorang rekan.
“Gimana, siapa kira-kira jagoanmu Pilkada DKI?”
“Nggak ada dan nggak bakalan milih, bang!”
“Kenapa?”
“Ngapain capek-capek milih, toh nanti gitu-gitu aja!”
“Hmmm… Cobalah hak pilihnya dipake, bro…”
Sahabat saya itu, pemuda yang sangat mencintai negara ini. Cerdas, pandai bergaul, telah banyak melakukan kegiatan yang berguna bagi anak muda, bahkan sampai rela tidak dibayar kalau diundang bicara ataupun memberikan pelatihan. Itu karena cintanya pada Merah Putih! Tapi kenyataan lainnya, selama ini, dia memilih golput ketika ada pemilihan presiden, kepala daerah, dan semacamnya. Padahal, dia sendiri sangat merindukan hadirnya pemimpin yang memiliki integritas, cerdas, dan tentunya berpihak pada rakyat.
Pada saat pemilihan, kami berkomunikasi lagi.
“Sudah siap-siap milih, bro?”
“Udah, mau pilih nomer 3!”
“Wah, akhirnya digunakan juga hak pilihnya yah!”