Lihat ke Halaman Asli

BASUKI TRI ANDAYANI

Praktisi Komunikasi

Bertanyalah pada yang Seharusnya

Diperbarui: 13 September 2022   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah istirahat makan siang, semua anggota tim kerja saya duduk melingkar di ruang rapat. Bukan untuk sebuah diskusi resmi, kami hanya berkumpul untuk ngobrol ngalor-ngidul. Banyak tema dibahas, mulai yang penting sampai remeh-temeh. Hingga suatu ketika April, karyawan perempuan yang konon lahir di bulan Desember bertanya.

"Pak, kenapa Joko Anwar memberikan judul filmnya Pengabdi Setan?"

"Jadi begini ceritanya, skenario film itu dibuat sampai tengah malam. Nah, menjelang dini hari ia mau bikin kopi untuk mengusir kantuk yang mulai menyerang. Apa daya, saat mau me-roasting, ternyata biji kopi favoritnya sudah habis. Terpaksa ia keluar sebentar ke Warmindo di pojok komplek. Ia pun memesan secangkir kopi sasetan sebagai penggantinya. Kejadian itu terulang beberapa kali. Akhirnya ia berpikir, wah, kalau begitu ku beri judul saja Pengabdi Setan... masak Pengabdi Sasetan...".

"Oooo, " kata April melongo. "Lalu kenapa film berikutnya diberi judul Perempuan Tanah Jahanam, ya?"

"Nah, kalau ini ceritanya berbeda. Untuk mendukung cerita yang magis dan menyeramkan, shooting fim dilakukan di dalam hutan yang angker. Makanya, film itu diberi judul Perempuan Tanah Jahanam biar makin kuat aroma horornya. Coba kalau lokasinya dalam pasar di Jakarta Pusat, pasti judulnya Perempuan Tanah Abang," jawabku sok tahu.

Kali ini bukan huruf mirip tahu bulat yang keluar dari mulutnya. Dua kali berturut-turut ia mendapatkan jawaban hancur buah pikir yang ngawur. Bagaimana tidak, wong yang bikin film Joko Anwar kok yang ditanya saya.

"Saya pikir bapak tahu, makanya saya tanya," kata April berspekulasi.

"Nggak, saya nggak tahu... tapi tempe....!"

Di era media sosial saat ini, banyak orang menyampaikan berita meskipun ia tidak punya otoritas dan kompetensi. Sebagian orang merasa dunia maya adalah dunia yang bebas nilai, sehingga semua orang bisa membuat dan menyebarkan berita secara semena-mena. Kalau sudah begini, kitalah yang harus menyeleksi. Pertama, apakah informasinya mengandung kebenaran sesuai akal sehat? Kedua apakah nara sumbernya kompeten dan punya otoritas atas informasi tersebut?

Contoh diatas adalah bukti, bahwa saya tidak memiliki keduanya. Sehingga bertanyalah terhadap tema-tema yang saya ketahui saja. Mungkin bisa dimulai dengan pertanyaan, apakah kamu tahu tentang ini?

Buat orang-orang seperti April, pilihlah nara sumber yang tepat agar diperoleh jawaban yang akurat. Agar jawaban yang diperoleh tidak melahirkan penyesalan sampai Desember, saat bulan ulang tahun tiba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline