Lihat ke Halaman Asli

BASUKI TRI ANDAYANI

Praktisi Komunikasi

Bermula dari Senam Pagi

Diperbarui: 15 April 2021   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu pagi di bulan September 2006, musik pengiring senam pagi sudah dimatikan. Para karyawan yang telah selesai melakukan olah raga setiap Jumat pagi mulai beranjak meninggalkan halaman Kantor Wilayah Pegadaian Balikpapan. Sebagian ada yang membersihkan diri sebelum memasuki ruang kerja.

"Mas, sini sebentar.  Saya ingin bicara," kata pak Nur Djunaedy, Pemimpin Wilayah Balikpapan waktu itu.

"Ya pak!" jawab saya seraya mendekati beliau yang sedang duduk berdua dengan pak Gunadi, sebagai Inspektur Wilayah. Saya mengambil tempat di antara beliau berdua.

"Begini mas, saat ini cabang Manggar sedang ada banyak masalah. Kredit fidusia yang disalurkan banyak yang macet. Saya mau menugaskan kamu bisa menyelesaikan masalah di sana!"

Saya cukup terkejut. Maklum baru tiga bulan saya dipromosikan menjadi Asisten Manajer di cabang Rapak setelah 13 tahun (1993-2006) malang-melintang sebagai karyawan biasa di Jawa Tengah.

"Kalau berhasil, nanti saya mutasikan ke kantor wilayah sebagai humas, supaya Sabtu bisa libur dan kamu bisa mengembangkan bakatmu dalamm bidang komunikasi," kata pak Nur Djunaedy dan diamini oleh pak Gunadi, orang kedua di Kanwil Balikpapan.

Sebagai karyawan saya menerima tugas ini. Saya tahu ini tidak mudah, tetapi sebagai anak muda yang suka tantangan saya menerima tugas baru ini dengan penuh tanggung jawab.

Singkat cerita, mulai Desember 2006 saya mulai tugas di cabang Manggar yang berada di wilayah Balikpapan Timur. Saya mulai mengumpulkan data, memetakan permasalahan, mencari penyebabnya, dan memikirkan alternatif solusinya.

Tidak banyak karyawan yang menjadi bagian dari tim saya di kantor cabang yang baru operasional kurang dari lima tahun tersebut. Sebagai pemimpin cabang yang relatif kecil, saya hanya didukung oleh seorang penaksir, seorang kasir, dan dua orang penjaga yang bertugas siang-malam.

Dengan keterbatasan yang ada, saya berusaha memaksimalkan sumber daya. Setiap hari saya selalu menyempatkan untuk berdiskusi dengan karyawan yang lebih lama bertugas dicabang itu. Saya mulai bekerja seolah detektif yang terus menggali informasi, memilih cara komunikasi yang efektif dalam penagihan, dan tentu saja membangun kolaborasi baik dengan lingkungan setempat maupun penegak hukum.

Di tempat itu saya merasakan pentingnya komunikasi sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Beberapa negosiasi alot dengan nasabah saya lakukan. Dengan model komunikasi persuasif dan pendekatan empatik permasalahan yang terjadi di cabang Manggar dapat diselesaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline