Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Tanggal ini menjadi momen yang penting dalam sejarah bangsa, karena mengingatkan kita pada salah satu peristiwa bersejarah, yaitu gagalnya Gerakan 30 September 1965 yang bertujuan menggantikan ideologi Pancasila dengan paham komunis. Peringatan ini bukan sekadar upacara tahunan, melainkan sebuah refleksi atas betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila, yang lahir pada 1 Juni 1945 melalui pidato Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), terdiri dari lima sila yang mencakup nilai-nilai dasar:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lima sila ini tidak hanya menjadi panduan konstitusional, tetapi juga pedoman ethical dalam menjaga keharmonisan sosial dan persatuan bangsa.
Hari Kesaktian Pancasila
Peristiwa 30 September 1965 menandai upaya menggoyahkan eksistensi Pancasila sebagai dasar negara. Gerakan yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini berusaha menggulingkan pemerintahan dengan cara melakukan kudeta militer. Namun, pada akhirnya, upaya tersebut berhasil digagalkan oleh TNI dan rakyat yang bersatu menjaga tegaknya Pancasila.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila lahir dari kemenangan ini, yang menunjukkan bahwa Pancasila adalah dasar negara yang tidak bisa digoyahkan. Kata "kesaktian" dalam hal ini mengandung arti simbolik, yaitu kekuatan Pancasila sebagai ideologi yang tidak bisa dihancurkan oleh ideologi atau kekuatan politik lainnya.
Relevansi Pancasila di Period Advanced
Dalam konteks present day, Pancasila tetap relevan sebagai landasan dalam menghadapi berbagai tantangan globalisasi dan dinamika sosial. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi penuntun dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa, seperti intoleransi, radikalisme, dan kesenjangan sosial.
1. Ketuhanan yang Maha Esa mengingatkan kita akan pentingnya kehidupan beragama yang harmonis, meskipun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan keyakinan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan membangun kehidupan yang adil bagi semua warga negara.
3. Persatuan Indonesia adalah pengikat bangsa dalam bingkai keberagaman, yang sangat diperlukan di tengah polarisasi politik atau perbedaan pandangan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan menunjukkan bahwa demokrasi harus dijalankan dengan penuh kearifan, bukan hanya berdasarkan mayoritas semata.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengingatkan pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya menciptakan kesejahteraan yang merata.
Tantangan Implementasi Pancasila
Meski Pancasila telah menjadi dasar negara, tantangan dalam implementasinya masih banyak ditemui. Globalisasi, arus informasi yang semakin cepat, serta permasalahan sosial-ekonomi menimbulkan ancaman terhadap nilai-nilai kebersamaan dan toleransi yang dijunjung tinggi dalam Pancasila.