Derap langkah itu terdengar ketika hamba duduk bersila menatap arah Tuhan langit dengan nafas panjang dan air mata
Manusia itu menyapaku sembari tersenyum dengan senyuman yang mengalahkan cahaya langit
Sang pengembara bangun dari duduknya menghadap manusia itu selagi berkata
“Segala puji bagi Tuhan yang telah mempertemukan hamba denganmu, Sang Nabi”
Sang Nabi mempersilahkan hamba kembali beristirah serta menyuruh hamba bercerita tentang putri yang sempurna
“Putri yang sempurna, hamba tidak sempurna untuknya”
“Putri yang sempurna, manusia terbaik yang Tuhan langit ciptakan melebihi semestaNya”
“Putri yang sempurna, hanya cahaya kasih Tuhan langit yang dapat mengetuk hatinya”
“Putri yang sempurna, hanya lelaki pilihanNya yang senantiasa mendoakanya dikala fajar menjelang dan dikala malam kelam hingga semesta bertasbih mengiringinya”
“Putri yang sempurna, hanya dia yang membuat hamba senantiasa hidup dalam matinya hati hamba dan mati dari hidupnya belenggu nafsu dalam diri hamba”
Sang Nabi menatap hamba hingga tubuh bergetar tak kuasa menahan kerendahan hati manusia sempurna sesempurna Sang Nabi yang menyampaikan kalamnya dengan lembut laksana dentingan harpa dalam orchestra semesta.