Lihat ke Halaman Asli

Very Barus

Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Ketika Influencer Tidak Lagi Akurat Memberi Penilaian Review, Ada "Cuan" Dibaliknya

Diperbarui: 26 Juni 2023   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokpri

Pernah nggak, datang ke suatu tempat kuliner (kafe, resto atau warung) gara-gara terpengaruh dari review influencer di akun sosmed mereka. Mereka memberi penilaian dan rating bagus untuk tempat dan kulinernya. Tapi setelah dicoba, ternyata rasanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan alias Zonk!

Begitu juga dengan review sebuah film. Biasanya, sebelum menonton sebuah film, gue akan mencari tahu film tersebut dari hasil review para selebgram atau influencer yang suka membuat review film. Karena, saat nge-review, mereka suka blak-blakan mengulats tuntas film yang baru mereka tonton. Biasanya ulasan tersbeut ada di akun youtube, Ig atau tiktok mereka yang memiliki banyak followers.  Karena yakin dan percaya akan review mereka, baru deh pergi ke bioskop untuk menonton film tersebut. Ternyata, film yang direview para mereka tidak sesuai dengan apa yang di tonton. Filmnya hancur dan tidak kayak dikategorikan bagus. Tapi, di review mereka justru mengatakan film tersebut sangat recommended dan memberi rating 8,5/10.

Kenapa itu bisa terjadi? Kenapa para influencer yang seharusnya memberikan penilaian yang objektif justru berani berkata bohong? Ternyata oh ternyata, semua itu berurusan dengan cuan. Hal tersebut terkuak ketika beberapa teman influencer mebocorkan rahasia dibalik ketidak akuratan mereka memberikan review film, rsto atau kuliner. Semua berurusan dengan cuan.

Banyak para pengusaha resto, kafe atau warung mencari influnecer-influencer yang biasanya berkata "pedas" saat nge-review tempat mereka datangi atau film yang mereka tonton. Review jujur mereka itu ternyata sangat berpengaruh dengan jumlah pengunjung yang akan datang ke resto, kafe atau warung mereka. Begitu juga dengan review menohok akan film yang dianggap jelek berpengaruh dnegan jumlah penonton.

Alhasil, untuk membungkam mulut-mulut cadas para influencer, para pengusaha, produser dan pemilik uang mengajak si influencer berbicara secara professional dengan iming-iming cuan.

"Tolong review tempat saya dong. Tapi, reviewnya yang bagus-bagus, ya." ujar si pemilik kafe, resto dan warung yang masih ragu akan kredibilitas kuliner miliknya. Mereka akan menjanjikan iming-iming rupiah jika hasil reviewnya sesuai yang diharapkan si empunya kuliner.

foto diambil dr google pic

Begitu juga dengan produser film atau tim marketingnya, biasanya, usai menggelar premier film mereka akan mendekati influencer-influencer bermulut cadas yang datang diacara premier tersebut. Produser meminta agar mereka mereview film yang baru mereka tonton dengan penilaian yang bagus juga mengajak penonton untuk menonton film tersebut. Lagi-lagi, iming-iming tentu menggiurkan.

Beberapa influencer yang gue kenal itu pun bersaksi, kalau mereka nge-review sesuai orderan. Yang artinya, kalau tidak ada pihak-pihak yang mendekati mereka, maka mereka akan nge-review dengan seobjektif mungkin. Kalau bagus dibilang bagus, kalau jelek dibilang jelek. Berkata jujur sesuai yang dilihat dan dirasakan.  

"Kenapa review elo nggak sesuai dengan apa yang lo tonton?"Tanya gue ke seorang selebgram yang suka nge-review film. "Gue baru disamperin produsernya. Dia minta tolong supaya gue bantuin promo filmnya. Gimana gue mau bilang jelek, kalau belum apa-apa gue sudah disamperin."ujar si selebgrams ambil tertawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline