Hmm, Tentu tidak semua orang memahami artinya. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti artinya dari kata Jale. Bagi yang faham, mereka akan senyum-senyum Ketika membaca atau mendengar kata tersebut. Serasa memiliki energi positif yang cukup tinggi sehingga si pendengar atau yang membaca senyum-senyum.
Meski, bagi sebagain instansi berlabel "Media Cetak/Elektronik" ada yang men-tabu-kan kata tersebut. Ya, tabu jika dikumandangkan keras-keras maksudnya.
Soalnya, meski ada rambu-rambu tidak boleh menerima jale, tetep saja mereka berlapang dada Ketika menerimanya. Paling banter ada kalimat," ntar, di belakang saja...." (Maksudnya, ngasih si jale di belakang atau saat lagi sepi.) Huh! Tuman!
Apa sih Jale itu?
Baiklah, saya akan memutar balik memori saya tentang dunia per-jale-an. Kata tersebut sangat kondang di kalangan pencari berita. Meski sejujurnya, awalnya saya kurang faham kata "Jale" itu diambil dari mana. Atau hanya sekedar sinonim. Tapi Ketika saya buka rumah Mbah Google, eh, nongold eh si Jale dengan arti yang sesungguhnya
Jale sangat familiar dikalangan wartawan. Baik wartawan cetak, elektronik & TV. Setiap kali ada liputan yang mengandung unsur "liputan undangan" biasanya panitia atau koordinator persnya selalu menyuguhkan "Jale" dipenghujung pertemuan berbarengan dengan goody bag yang berisikan aneka souvenir yang berhubungan dengan acara tersebut.
Tapi tidak jarang juga si Jale disuguhkan sebelum acara dimulai. Ya, ibarat appetizer alias makanan pembuka atau Dessert sebagai makanan penutup. Dimana pun posisi si Jale pasti selalu menyenangkan.
Dan, biasanyanya si penerima Jale selalu sumringah. Tuh kan, bisa menambah imun tuh.
Bahkan, Ketika sebuah perusahaan mengundang wartawan untuk menghadiri acara yang mereka gelar, si Wartawan tanpa sungkan bertanya,"ada Jale-nya, nggak?" Jika yang mengundang itu orang yang mereka kenal cukup akrab. Bahkan, pertanyaan tersebut dibalas dengan guyonan yang juga sama-sama dimengerti "Jelas!!" sambil tertawa lebar.
Ibarat kata sandi, Jale sering membuat acara yang digelar berjalan dengan sukses dengan hadirnya banyak pewarta yang meliput. Baik dari media ceta, elektronik dan tv. Jale juga berpengaruh dengan ditulisnya acara yang baru diliput mereka, lho. Meski, tidak semua media mau menerima suguhan Jale dalam amplop putih itu.
Ada larangan keras oleh perusahaan tempat mereka bekerja menerima apa pun Ketika sedang meliput. Katanya si haram. Meski, tidak jarang juga tolakan itu hanya sebatas simbol semata. Ketika si jale dimasukkan ke dalam tas, si penerima anteng-anteng saja sampai pulang ke rumah.