Lihat ke Halaman Asli

Anatolia.

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ariesta

Diperbarui: 10 Februari 2023   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Malam itu tenggelam dengan rembulan yang sejak sore menyajikan karya indah dengan bentuk senja, seorang diri menerungkup di balik semak dan tidak lupa di temani kopi panas yang di buatnya sejak sore itu. 

Ariesta Sabda Nova, nama indah yang di sembahyangkan bapak setelah ibunya meringkis kesakitan akibat mengeluarkan jiwa yang sangat realistis. Namun, tidak demikian dengan sekarang, ia menjadi penakut atas ketidaknyamanan. Entah bagaimana yang di fikirkan olehnya, sudah berapa jam lalu ia termenung dan sesekali menulis dan memandangi poto yang di tempelkan di bahu binder kala itu.

"Hi" Sapa orang di balik kerudung manis

"Ha..halo" Ariesta termenung sejenak melihat siapa yang menyapa nya

"Lo apa kabar? Baru ketemu lagi di tempat yang dulu kita habiskan waktu bareng lagi"

"Mmm... Hehehe iya nii, nyolong waktu aja si kesini sambil ngisi waktu luang" Sontak Ariesta beralasan yang logis, sudah tahu dirinya sedang memikirkan orang yang sedang ada di depannya itu.

Waktu tidak akan pernah berbohong kepada mereka, satu juta kebohongan jika gemericik hati tidak saling sapa di antara tempuhan jarak yang tidak bisa di satukan oleh keadaan. Ariesta mengakui dengan penuh sajak bahwa dia memiliki perasaan kepada dirinya dan begitupun sebaliknya, kadang kita selalu berpikir bahwa jikalau di ungkapkan bakal ada dua kemungkinan, semakin dekat dan menjauh tanpa aba. Tapi tidak dengan Ariesta, dia tidak mengungkapkan dan parahnya menjauh tanpa aba juga. Dia, Bulan matahana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline