“15 menit lagi mas…..semangat”
“10 menit lagi mas….. ayo.. ayooo…”
“ 4 tikungan lagi mas….”
Saat itu, kalimat saling menyemangati terlontar dari pendaki lain. Ketika rasa lelah dan hampir putus asa menyergapku saat itu. Di tengah hamparan pohon yang tak tinggi lagi khas pegunungan, Gelap malam yang tersamarkan oleh redupnya cahaya bulan yang malu-malu mengintip di balik awan, dan merdunya simponi malam yang mungkin tak dapat di jumpai di kota-kota besar.
Kakak ku pun meminta untuk berhenti, ya… betapa lelahnya kami. Waktu itu aku hanya mendaki berdua dengan kakak ku saja, Brian namanya, mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta yang mungkin sebentar lagi lulus, aminnnnnn… Sejenak ku rebahkan badan di atas batu yang datar. Sambil meminum seteguk air putih dan makan 1 batang choki-choki. Berharap energy kembali 100%. Ku tengok jam tangan, 02:32, itulah tampilan jam ku waktu itu. Kami sudah berjalan 4 jam tapi pos 2 tak kunjung terlihat. Sorotan senter dari atas yang mungkin posisi sekitar pos 3-4 pun terlihat. Menggambarkan betapa masih jauhnya perjalanan saat itu.
Bebarengan dengan pendaki asal magetan, 1 cowok dan 3 cewek. Dengan langkah perlahan kami pun berjalan. Sambil ngobrol ngalor ngidul sampai lupa kalo sudah berjalan cukup jauh. Kami pun berhenti lagi. Sejenak menghirup udara dingin khas pegunungan. Waktu itu tanggal 9 november, berharap tak turun hujan malam itu. 2 dari 4 rombongan mereka pun berjalan lebih dulu. Sejenak terlupakan, target buka tenda di pos 5 pun sirna. Bisa terlelap di pos 2 pun merupakan bayangan terindah waktu itu. Sejenak kami istirahat, teman mereka pun memanggil-manggil.
“woy…. Di sini sudah pos 2”
“dimana mas?” sahutku
“di sini, cepet naik sini” sambil menyorotkan senternya.
Ternyata pos 2 sudah dekat. Kami pun bergegas beranjak, di ikuti oleh 2 teman dari magetan tadi. Kami mulai berjalan agak cepat. Semangat kembali menyala ketika melihat pos 2. Dan kami pun berhenti disini. Ternyata sudah banyak yang nge-camp disini.
**********
Jam menunjukan pukul 06:00 aku dan kakak ku mulai berjalan. Dari pos 2 tanjakan mulai terjal. Di iringi kicauan suara burung jalak oren khas gunung lawu dan desiran suara awan kami berjalan dengan gontai. Dengan disambut burung jalak melompat-lompat di depan kami, Pos 3 pun terlihat. Berhenti sejenak dan mulai berjalan lagi.
Di sinilah kekuatan niat kita di uji. Hampir menyerah rasanya. Jalan batu yang membuat kaki bergetar saat melangkah. Jalan berliku-liku naik menapaki tebing. Dimana ujung dari semua ini? Rasa lelah, ngantuk, dan menyerah bercampur menjadi satu. Rasanya ingin kembali kebawah. Dikala melihat kebawah, rasanya sia-sia jika ingin turun kembali mengingat perjalanan sudah cukup jauh. Dengan langkah perlahan, 1 tikungan demi satu tikungan kami lewati. Meskipun setiap tikungan kami berhenti, tapi kami terus memaksa berjalan. umpatan-umpatan tertahan di ujung mulut. Hanya bisa menahan sambil menikmati pemandangan. Awan mulai naik. Hawa dingin berhembus ketika gumpalan awan melewati.
“pos 4 10 menit lagi mas,, semangat!”
Para pendaki lain yang mulai turun menyemangati. Aku terus melihat jam tangan. Sepuluh menit sudah terlewati. Tentu itu hanya waktu Indonesia bagian omong kosong. Ujung dari tebing ini pun belum terlihat. Berkali-berkali bertanya kepada pendaki yang mulai turun, untuk mengobati rasa lelah dan menyemangati diri. Akhirnya pukul 9 lebih sampai di POS 4. Terbayang sudah untuk menikmati pecel Mbok Yem di atas sana. Niat memang harus di pegang, ketika rasa putus asa hampir menghinggapi.
***********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H