Lihat ke Halaman Asli

Dilema Memakai "Uang" Panas Agar Diterima di Kampus Favorit

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Maaf sebelumnya, jika ada diantara pembaca yang bernaung di institusi kampus atau mahasiswa yang sudah terlanjur melakukan tindak nepotisme walau sebetulnya biayanya diberkati oleh orang tuanya.

Contoh fakultas yang sangat diminati terutama adalah fakultas negeri yang biayanya lebih murah maka banyak orang menghalalkan segala cara termaksud dengan melloby orang yang dikenalnya karena pasti banyak peminatnya dan persaingan pun terjadi. Ilmu kesehatan pu sangat populer walau biaya nya mahal, disitu pun memakai uang panas agar putra-putri mereka bisa bersekolah tinggi jurusan kesehatan karena peluang kerja ke depannya yang besar dan pencitraan serta pegawai negeri sasaran utamanya yang masih tergolong sangat besar peluangnya.

Pengalaman sy tahun lalu, ditawari bayar sekitar 25 juta hanya untuk menyogok supaya lulus di suatu universitas negeri kesehatan di kota saya, juga sekitar 17 juta untuk uiversitas Swasta dg jurusan yg sama.

Kebetulan sy org kota, dari keluarga yg sederhana dan ekonomi pas-pasan, maka sy pun menolak semua tawaran yg ada dan mencari pengalaman dari org yg sudah pernah lulus, maka sy pun mencoba sampai 3 x test, alhamdudlilah lulus dengan usaha dan doa serta dukungan teman sy.

Kawan sy berkata bahwa, orang-orang yang memaksakan seperti dengan uang sogok itu sama dengan mengambil rezeki orang, batangkan saja orang-orang berkompeten yg berusaha dg sangat keras dikalahkan dg orang-orang yg mempunyai relasi dan uang ..

Semoga pengalaman sy yg dituangkan dlm tulisan ini dapat memberi makna pd pembaca yg berlatar belakang orang tua, atau remaja yang beranjak dewasa agar kelak nanti tidak menggunakan cara tidak sehat tsb, tawakkal aja dan berusaha, jika tidak berhasil mungkin saja anda belum cukup pantas ..

Amin,

Terima Kasih atas perhatiannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline