Lihat ke Halaman Asli

KKN KOLABORATIF 105

Mahasiswa KKN

Inovasi Pencegahan Stunting dengan Pemberian Makanan Tambahan Daun Kelor oleh KKN Kolaboratif 105 Desa Tanjungsari Jember

Diperbarui: 20 Agustus 2024   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumentasi pribadi

Stunting merupakan keadaan gagal tumbuh pada bayi yang ditandai dengan tubuh pendek disertai pengaruh terhadap kemampuan berpikir. Stunting sebagai bentuk retardasi pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal dan salah satunya kekurangan gizi kronis. Hal ini dapat terjadi jika asupan yang tidak cukup selama 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan linier pada balita. Faktor lain penyebab stunting adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Keterbatas pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan gizi saat hamil dan persiapan gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan bayi, juga meningkatkan risiko anak mengalami gangguan  pertumbuhan  hingga menderita stunting.

Salah satu solusi dalam penanganan stunting pada balita adalah dengan melakukan  Pemberian  Makanan  Tambahan  (PMT). Makanan tambahan yang diberikan dapat berbentuk makanan keluarga berbasis pangan lokal. Hal inilah yang akhirnya menjadikan mahasiswa kkn kolaborasi 105 melakukan program kerja dimana sosialisasi terkait pencegahan stunting dengan pembuatan agar-agar daun kelor. 

Daun kelor sendiri merupakan bahan makanan dengan nilai gizi tinggi terutama zat besi. Zat besi dalam 100 gram daun kelor yaitu 7 mg, apabila ditepungkan menjadi 28,2 mg. Kadar protein dan zat besi pada makanan olahan kelor dapat memenuhi standar PMT balita. Daun kelor juga mengandug vitamin: A, C, dan E. Daun kelor juga mengandung Kalsium, besi, magnesium, asam amino esensial serta senyawa yang melawan radikal bebas. Daun  kelor  (moringa  oleifera)  juga sebagai sumber  bahan  makanan  yang memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan gizi daun kelor kering mengandung lebih dari 40 antioksidan alami, protein 26,2 g, kalsium 2.095 mg, besi 27,1 mg, dan -karoten 16800 mg. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadhita dijelaskan bahwa  daun  kelor  memberikan  pengaruh  terhadap  peningkatan  status  gizi  balita berdasarkan  indeks  massa  tubuh  menurut  umur  (IMT/U).

Kemenkes RI juga menjelaskan bahwa daun kelor merupakan tanaman yang  kaya akan  vitamin  dan  mineral.  Terdapat  berbagai  kandungan zat  dalam  daun kelorsegar  diantaranya  seperti  kalsium  (1077  mg),  zat  besi (6  mg),  protein  (5,1  g), zinc(0,6), vitamin A (6,78 mg), vitamin  B1 (0,3 mg), vitamin C  (22 mg). Sedangkan menurut Kurniasih (2013), kandungan daun kelor yaitu mengandung vitamin A 10kali lebih banyak dibanding wortel, vitaminE 4 kali lebih banyak dibanding minyak jagung, protein 2 kali lebih banyak dan kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu, serta zat besi 25 kali lebih banyak dibanding bayam sesuai dengan kandungan gizi per100 gram. bahwa kandungan daun kelor memiliki manfaat yang tinggi untuk proses tumbuh kembang anak. Kalsium yang terkandung  tinggi di dalamnya  dapat dijadikan  sebagai salah  satu cara  meningkatkan tinggi  badan anak.

Sudah banyak  penelitian  yang  mengatakan  bahwa  konsumsi  bahan makanan  dalam  bentuk  suplemen  (suplementasi)  dapat  meningkatkan  perkembangan kognitif anak. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah percepat tumbuh kembang balita diantaranya dengan cara meningkatkan kualitas makanan pendamping ASI. Salah satunya dengan pemanfaatan produk lokal seperti daun kelor. Nutrisi pada ekstrak  daun  kelor  yang  begitu  banyak,  sangat  bermanfaat  untuk  pertumbuhan  dan perkembangan  bayi  dan  balita. Melihat kandungan kalsium  yang begitu  tinggi  dapat menjadikan salah satu  cara untuk  meningkatkan tinggi badan balita  sebagai makanan tambahan atau pendamping ASI.

Oleh karena itu, KKN Kolaboratif 105 memanfaatkan daun kelor yang kaya akan kandungan yang diinovasikan dalam bentuk agar-agar. Mereka yakin bahwa dengan diinovasikan dalam bentuk agar-agar anak-anak akan lebih tertarik dalam mengkonsumi daun kelor. Melalui produk ini juga diharapkan angka stunting di desa tanjungsari dapat terus menurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline