Stunting merupakan keadaan gagal tumbuh pada bayi yang ditandai dengan tubuh pendek disertai pengaruh terhadap kemampuan berpikir. Stunting sebagai bentuk retardasi pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal dan salah satunya kekurangan gizi kronis. Hal ini dapat terjadi jika asupan yang tidak cukup selama 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan linier pada balita. Faktor lain penyebab stunting adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Keterbatas pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan gizi saat hamil dan persiapan gizi pada masa 1000 hari pertama kehidupan bayi, juga meningkatkan risiko anak mengalami gangguan pertumbuhan hingga menderita stunting.
Salah satu solusi dalam penanganan stunting pada balita adalah dengan melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Makanan tambahan yang diberikan dapat berbentuk makanan keluarga berbasis pangan lokal. Hal inilah yang akhirnya menjadikan mahasiswa kkn kolaborasi 105 melakukan program kerja dimana sosialisasi terkait pencegahan stunting dengan pembuatan agar-agar daun kelor.
Daun kelor sendiri merupakan bahan makanan dengan nilai gizi tinggi terutama zat besi. Zat besi dalam 100 gram daun kelor yaitu 7 mg, apabila ditepungkan menjadi 28,2 mg. Kadar protein dan zat besi pada makanan olahan kelor dapat memenuhi standar PMT balita. Daun kelor juga mengandug vitamin: A, C, dan E. Daun kelor juga mengandung Kalsium, besi, magnesium, asam amino esensial serta senyawa yang melawan radikal bebas. Daun kelor (moringa oleifera) juga sebagai sumber bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan gizi daun kelor kering mengandung lebih dari 40 antioksidan alami, protein 26,2 g, kalsium 2.095 mg, besi 27,1 mg, dan -karoten 16800 mg. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadhita dijelaskan bahwa daun kelor memberikan pengaruh terhadap peningkatan status gizi balita berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
Kemenkes RI juga menjelaskan bahwa daun kelor merupakan tanaman yang kaya akan vitamin dan mineral. Terdapat berbagai kandungan zat dalam daun kelorsegar diantaranya seperti kalsium (1077 mg), zat besi (6 mg), protein (5,1 g), zinc(0,6), vitamin A (6,78 mg), vitamin B1 (0,3 mg), vitamin C (22 mg). Sedangkan menurut Kurniasih (2013), kandungan daun kelor yaitu mengandung vitamin A 10kali lebih banyak dibanding wortel, vitaminE 4 kali lebih banyak dibanding minyak jagung, protein 2 kali lebih banyak dan kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu, serta zat besi 25 kali lebih banyak dibanding bayam sesuai dengan kandungan gizi per100 gram. bahwa kandungan daun kelor memiliki manfaat yang tinggi untuk proses tumbuh kembang anak. Kalsium yang terkandung tinggi di dalamnya dapat dijadikan sebagai salah satu cara meningkatkan tinggi badan anak.
Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa konsumsi bahan makanan dalam bentuk suplemen (suplementasi) dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah percepat tumbuh kembang balita diantaranya dengan cara meningkatkan kualitas makanan pendamping ASI. Salah satunya dengan pemanfaatan produk lokal seperti daun kelor. Nutrisi pada ekstrak daun kelor yang begitu banyak, sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Melihat kandungan kalsium yang begitu tinggi dapat menjadikan salah satu cara untuk meningkatkan tinggi badan balita sebagai makanan tambahan atau pendamping ASI.
Oleh karena itu, KKN Kolaboratif 105 memanfaatkan daun kelor yang kaya akan kandungan yang diinovasikan dalam bentuk agar-agar. Mereka yakin bahwa dengan diinovasikan dalam bentuk agar-agar anak-anak akan lebih tertarik dalam mengkonsumi daun kelor. Melalui produk ini juga diharapkan angka stunting di desa tanjungsari dapat terus menurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H