Ketika datang ke silaturahmi lebaran, banyak dari kita pasti merasakan kegembiraan dan antusiasme dalam menyambut keluarga, teman, dan tetangga. Namun, di balik kegembiraan itu, terkadang ada fenomena yang kurang menyenangkan, yaitu fenomena pamer.
Pamer dalam konteks ini dapat diartikan sebagai perilaku menunjukkan atau memamerkan sesuatu yang dimiliki agar orang lain bisa melihat dan memuji. Pamer dalam silaturahmi lebaran dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari memamerkan baju baru, tas mewah, gadget terbaru, hingga keluarga besar dan rumah megah.
Fenomena pamer dalam silaturahmi lebaran sebenarnya bukan hal baru. Namun, dengan semakin berkembangnya media sosial, fenomena pamer semakin mudah terjadi dan menyebar luas ke publik. Banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk memamerkan foto-foto kebersamaan keluarga saat silaturahmi lebaran, foto diri dengan baju baru, dan sebagainya. Hal ini seringkali menjadi ajang pamer kebahagiaan dan kesuksesan di depan teman-teman atau follower di media sosial.
Di sisi lain, fenomena pamer dalam silaturahmi lebaran juga dapat menimbulkan dampak negatif. Pamer dalam silaturahmi dapat menciptakan perasaan iri dan tidak nyaman di antara keluarga, teman, atau tetangga. Pamer juga dapat menimbulkan tekanan sosial bagi mereka yang merasa harus menunjukkan keberhasilan dan kebahagiaan yang sama seperti orang lain.
Selain itu, fenomena pamer juga dapat mengaburkan makna sebenarnya dari silaturahmi lebaran, yaitu untuk saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan. Jika silaturahmi hanya dilakukan dengan tujuan untuk memamerkan keberhasilan dan kebahagiaan, maka makna silaturahmi yang sebenarnya akan hilang.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari perilaku pamer saat silaturahmi lebaran. Ingatlah bahwa silaturahmi adalah ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan memaafkan satu sama lain. Lebih baik fokus pada interaksi dan kebersamaan dengan keluarga, teman, dan tetangga, daripada hanya memamerkan keberhasilan dan kebahagiaan di depan mereka. Kita juga sebaiknya lebih memperhatikan makna kebersamaan dan kekeluargaan dalam perayaan lebaran, daripada hanya terjebak dalam fenomena pamer yang dapat menciptakan ketidaknyamanan dan kerusakan hubungan sosial.