Menarik, itulah kesan pertama menemukan tulisan ini, disalah satu grup komunitas mahasiswa. sebagai tulisan yang cukup inspiratif, kalau tidak boleh dikatakan profokatif :). ditorehkan salah satu mahasiswa bernama Ali Anwar, seakan akan tulisan ini menjadi Nur diantara anwar anwar yang ada... (halah).. :)
tulisan ini meurpakan komparasi apik, ternyata ada "behind the scene" yang selama ini luput dari perhatian kita.
mari kita nikmati tulisannya...
Selama ini yang kita kenal adalah Jas Merah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Semboyan terkenal yang disampaikan oleh Ir. Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari HUT RI tanggal 17 Agustus 1966. untuk menunjukkan betapa sejarah merupakan sesuatu yang tidak boleh kita lupakan, atau akan berakibat fatal di kemudian hari.
Selain Jas Merah, ada Jas Hijau. Jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama. Istilah tersebut tepat sekali dimuncul karena berdasarkan fakta memang demikian. Banyak jasa ulama yang tidak tertulis dalam sejarah. Padahal jasa para ulama, kyai, santri memiliki peran yang luar biasa dalam berdiri dan tegaknya NKRI.
Berdasarkan fakta, para ulama benar-benar terlibat dalam pendirian NKRI, mulai dari pra kemerdekaan (saat persiapan kemerdekaan), masa perebutan kembali, masa kemerdekaan, sampai pasca kemerdekaan.
Siapa yang tidak kenal mbah KH. Hasyim Asyari, Mbah KH. Wahid Hasyim, Mbah KH. Wahab Chasbullah, kyai-kyai pondok pesantren, para santri yang membantu para kyai. Semua terlibat dalam pembentukan dan mempertahankan NKRI dari penjajah. Para ulama tidak hanya terlibat secara psikis/spiritual saja, tapi juga tetlibat secara fisik ikut bertempur di medan laga.
Pertempuran 10 Nopember, yang melahirkan resolusi jihad. Penumpasan G. 30 S PKI. Semua melibatkan para ulama, kyai dan para santri. Peran pemertahanan NKRI dari rongrongan penjajah dengan penuh pengorbanan para ulama.
Belum lagi NKRI dalam perjalanannya. Tidak sedikit yang ingin menghancurkannya. Selain lahirnya kelompok ekstrim kiri, juga lahir ekstrim kanan. Kelompok radikalis yang akhir-akhir ini ingin mengganti dasar negara. Lagi-lagi para ulama yang tampil terdepan dalam mempertahankannya. Para ulama yang menjadi pelopor, bahwa NKRI adalah bentuk final dan harga mati.
Jika kita runut ulang, selain para ulama di atas, siapa itu Pangeran Diponegoro. siapa itu H. Muthohar. Berdasarkan informasi yang saya peroleh, Dia adalah komponis keturunan Rasulullah, yaitu seorang Habib, pecipta lagu kemerdekaan dan hymne guru. Dia adalah ayah dari Habib Umar Muthohar Semarang. Masih banyak ulama lainnya.
Jas Hijau, jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama. Saatnya untuk menggali ulang. Menulis dan menceritakan secara untuh para pahlawan secara obyektif. Terutama peran-peran para ulama, kyai, dan para santri. Keterlibatan yang luar biasa.