Lihat ke Halaman Asli

Terhampar Banyak Kearifan di Sajadah Panjang

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam semua,,,,,,,

Jatah cuti kampus baru saja saya lalui, dari bercuti, kaki ini berkelana, berpijak dari kota ke kota untuk mengais sesuap nasi, Percutian yang tak dirancang datang spontan saja. Satu tahun masa saya habiskan di sana dengan berjalan-jalan di Pulau garam, tidak luput pula kota dengan simbol buaya menjadi area untuk menanam benih mental kemandirian . Alhamdulillah cuaca seakan memahami perasaan saya yang mendung sejak masa- masa itu. Tujuan saya keluar dari Lembah birokrasi ini untuk mencari ketenangan dan rehatkan otak. Saya rasa penat sangat-sangat dengan apa yang berlaku. Saya perlu menikmati keindahan alam tanpa gangguan. Saya cuma inginkan kegembiraan yang berterusan. Bertemu kawan-kawan sememangnya membuatkan saya rasa tenang dan gembira. Macam-macam kami bercerita dan gelak ketawa merupakan aktiviti wajib bila bersama. Abang mentor di kerjaan sporting habis dan membawa saya ke mana-mana sahaja. Seronok tak terkira. Syukur ya Allah. Tak lupa juga cinta hati saya sentiasa di sisi. Akhirnya saya dapat habiskan sejadah panjang dan menghayati watak mohammad dawi dan ali zainal abidin dengan sebaiknya. Rasa seolah-olah saya adalah mohammad dawi dan ali zainal abidin adalah sahabat saya. Sebabnya saya asyik terbayangkan wajah dia ke sepanjang baca sajadah. Mungkin ini satu kebetulan. Sebab utama saya bercuti pun ada kena mengena dengan sahabat saya ni. Tapi sepanjang saya di sana saya sentiasa teringat kata dia. Rindu bertandang di hati walaupun sudah dihalau pergi. Sewaktu saya kawan-kawam dan abang mentor saya ke Pulau garam saya begitu teruja sekali almaklumlah pulau ini sarang saya mengeram. Banyak baju yang saya beli untuk adik dan ponaan saya dan juga diri saya. Ada sehelai baju yang cukup mengusik jiwa raga saya. Semestinya ada warna ungu pada gambar pada t-shirt tersebut. Gambar orang lidi lelaki dan perempuan berbalas telefon guna tin dan tali. Kelakar sangat. Dalam fikiran hendak beli untuk mentor saya tapi bimbang ada salah faham nanti. Kawan-kawan, tegur suruh belikan ja untuk mentor saya tapi saya gelengkan kepala. Akhirnya saya beli dua helai tshirt untuk diri sendiri. untuk kawan-kawan ada jugak tapi masih ada yang tertinggal. Saya fikir akan belikan untuk mereka bila pergi lagi ke sarang peradaban. Jangan risau ye kawan-kawan. Saya senatiasa ingat pada kalian. Seakan saya dan mentor saya bergambar di sana sini. Macam-macam posting maut, nazak dan santai kami gayakan. Memang gembiralah saya sepanjang dua musim di sana. Hilang segala kesedihan. Cuma terkadang terbesit hendak balik dan bersila di hamparan tikar di peradaban kota yogyakarta. Saya doakan sahabat saya dipermudahkan segala urusannya sepanjang berada di gubuknya nanti. Ukhuwah fillah abadan abada ya sohabi. Thanks a lot for your.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline