Lihat ke Halaman Asli

Apakah Jokowi akan Memakan Buah "Kuldi"?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jadi teringat kisah Nabi Adam, singkat cerita Adam dipilih oleh Tuhan karena terbujuk iblis untuk memakan buah kuldi padahal sudah Jelas dilarang Tuhan, namun apa daya lemah iman Adampun terbujuk dan jatuh kedalam penderitaan dikarenakan memakan buah itu. Buah apa sih kok bisa bikin menderita bertahun-tahun apakah itu buah beracun?

Jika menyambung tulisan saya yang berjudul Adam dan Demokrasi Ala Tuhan. Maka suka tidak suka bisa kita hubungkan atau bahasa jawanya dengan ilmu gutak gatuk bisa di gatuk kan. Dimana suara rakyat diasumsikan sebagai suara Tuhan dan suara iblis diasumsikan sebagai suara para elit dengan alasan bahwa para elit itu selalu merasa lebih dalam hal asal usul dari Nabi Adam yang hanya tebuat dari tanah. Saya tidak akan menjelaskan kronolgi kisha nabi Adam ini, karena hampir semua manusia yang beragama dari timur tengah pasti tau, sesuai di dalam kitab masing-masing, tapi saya mencoba memfokuskan pada Qs 7:19 yang mungkin secara gutak gatuk nyambung dengan kondisi saat ini.

wayaa aadamu uskun anta wazawjuka aljannata fakulaa min haytsu syi/tumaa walaa taqrabaa haadzihi alsysyajarata fatakuunaa mina alzhzhaalimiina”

artinya (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati “pohon ini”, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.

Nah apa sih pohon atau “alsysyajarata” itu? Ada yang berpendapatitu adalah buah Kuldi dan pendapat inilah yang paling banyak di yakini orang karena begitu simple dan tidak perlu mikir, ada sebagian kecil orang berkata pengetahuan serba dua yaitu pengetahun tentang benar dan salah , dan ada yang berpendapat bahwa itu catatan buruk yg pernah terjadi dahulu atau sejarah yang buruk untuk tidak di ulang lagi perbuatan itu. Terserah mana yang anda pilih tapi untuk saat ini saya memilih pendapat yang terakhir bahwa kata tersebut bermaksud agar adam tidak melakukan perbuatan yangterdapat dalam catatan sejarah.

Kronologisnya jelas dan laranganya juga jelas, sehingga cukup untuk menjadi kisah yang dapat diambil hikmahnya.Saat ini, Terlihat samar-samar  godaan “iblis” yang begitu dekat sangat kuat.Sang pilihan itu sudah menjelma menjadi manusia elit dan merasa bahwa suara terbesar rakyat sudah menyatu dengan takdir dan darahnya membuat dia merasa kebenaran berada di pihaknya dan suara rakyat yang masih berbunyi lantang terasa jauh dan tak berarti dikarenakan kedekatan sang "iblis". Tapi ingatlah dan perhatikan kisah sang Nabi Adam itu, yang setelah diangkat oleh Tuhan pun bisa dihukum jika bersalah. Kesalahan bukan pada Tuhan yang memilih tapi pada si pemegang kepercayaan itu yang telah di beri kekuasaan penuh dengan segala konsekwensinya.

Saat ini sang pilihan rakyat dan juga bisa dibilang pilihan Tuhan sedang menghadapi masalah yang serupa dengan Nabi Adam, tapi apakah sang pilihan rakyat itu akan mengambil jalan yang sama dengan Nabi Adam dengan memakan buah “Kuldi”, yang menyebabkan beliau harus menjalani penderitaan dan tercerai- berai dan tentuya jika beliau menderita rakyatnya juga pasti kena getahnya ataukah beliau sudah mengerti pelajaran dari kisah Nabi Adam ini.Perhatikan baik-baik kisah Nabi Adam ini wahai pilihan Rakyat, Bahwa engkaupun bisa jatuh oleh yang memilihmu. Semoga sang pilihan rakyat mengambil jalan yang benar dengan mengambil hikmah kisah sang Nabi Adam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline