Lihat ke Halaman Asli

Bang Bara

Blogger Ideologis

Pilkada Serentak dan Kematian demokrasi

Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada serentak dan tak serentak tak sama sama tak bermanfaat untuk rakyat.karena jauh dari nilai syariat - semuanya penuh dengan maksiat - untuk kepentigan perut pejabat

Karena Pilkada saat ini masih dalam bingkai demokrasi - sebuah sistem yang penuh ilusi menjadikan rakyat terus di jadi korban nafsu birahi para politisi

Tahukan kita bahwa demokrasi sumber masalah, sebuah ide yang jauh dari nilai agama untuk mengatur kehidupan dunia

Bukan kah kita di ajarkan untuk berfikir soal apa yang menjadi aturan kehidupan kita. Dan demokrasi sesungguhnya hanyalah dogma manusia dari manusia

ingat, Freedom, liberty dan fraternity dulu dijadikan slogan emosional revolusi Perancis (saat ini pun masih sering kita dengar). Slogan emosional tidak ubahnya dengan kepercayaan buta tanpa tahu apa latar belakang ideologi, isi, tujuannya dan pandangan hidup didalamnya.

Biasanya slogan tersebut memberi janji perbaikan kondisi dunia, namun pada faktanya malah mengirimkan manusia pada kehancuran. Sebenarnya kemajuan semu yang diperlihatkan merupakan bom waktu yang siap meledak bila mencapai klimaksnya.

Ketika John Dewey meletakkan dasar pendidikan AS, dia menyatakan “kita menginginkan manusia untuk nyaman, bukan untuk berpikir”. Pendidikan Barat tidak akan membuat kita menjadi seorang yang berpikir, namun hanya akan mengajari kita untuk membuat sejumlah informasi-informasi ngawur dan menyesatkan. Memang, dalam sistem pendidikan Barat, seseorang dapat meraih puncak profesi atau berhasil dalam studi akademisnya, akan tetapi dia akan tetap menjadi kaum intelektual yang bodoh dan tetap terbelakang, karena ia hanya merasakan kenyamanan tanpa dapat berpikir secara mendalam hingga ke hal-hal yang mendasar. Biasanya, mereka menyampaikan pendapat tanpa bentuk yang riil.

Mereka hanya bertujuan memanas-manaskan/menambah-nambahkan  apa yang mereka baca di media massa. Dengan kata lain, pemikiran mereka tidak akan lebih baik dan justeru akan sam dengan para pendahulunya. Beberapa dari mereka boleh bangga dengan mengklaim dirinya sebagai pembuat opini yang paling ebnar. Tapi bila ditelaah lebih lanjut, semua itu tidak lebih dari sekadar sampah busuk yang justeru mendorong kehancuran suatu negara... itulah demokrasi mati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline