Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung
Jagat Gumelar adalah salah satu konsep dalam sastra Jawa yang memiliki makna mendalam dan kompleks. Konsep ini mencakup pemahaman tentang alam semesta, keseimbangan antara unsur-unsur alam, serta hubungan antara manusia dengan alam dan kehidupan sehari- hari mereka. Konsep ini merujuk pada pandangan dunia atau filsafat yang mencakup kepercayaan terhadap keberadaan roh, dewa dan kekuatan gaib lainnya yang mempengaruhi kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
Jagat Gumelar menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta. Manusia dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alam, dan kesejahteraan mereka sangat bergantung pada keseimbangan alam. Mengenai keseimbangan, alam semesta dipandang sebagai sistem yang kompleks di mana setiap unsur saling berhubungan dan saling mempengaruhi dan keseimbangan ini harus dijaga agar kehidupan dapat berlangsung harmonis.
Jagat Gumelar juga mencakup pemahaman tentang filosofi kehidupan. Manusia dianggap tidak berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari alam semesta yang lebih besar dan mereka harus hidup sesuai dengan nilai- nilai yang dihormati oleh alam untuk mencapai tujuan harmoni dan kebahagiaan. Konsep ini sering kali tercermin dalam karya sastra Jawa seperti tembang, wayang atau cerita rakyat. Tokoh- tokoh dalam karya sastra tersebut sering kali dihadapkan pada konflik atau perjuangan yang berhubungan dengan keseimbangan alam atau filosofi kehidupan. Melalui konsep Jagat Gumelar, sastra Jawa juga sering kali menyampaikan nilai dan pesan moral kepada para pembaca dan penontonnya. Hal ini dapat berupa pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam, menghormati alam, atau hidup dengan bijaksana sesuai dengan nilai- nilai yang dijunjung oleh alam.
Sedangkan Jagat Gumulung merupakan konsep yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan Jagat Gumelar meskipun keduanya memiliki fokus yang sedikit berbeda. Jagat Gumulung lebih menekankan perjalanan hidup manusia dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, serta pencarian makna hidup. Jagat Gumulung merujuk pada konsep alam semesta yang berputar yang sering kali diasosiasikan dengan siklus kehidupan dan perubahan yang tidak pernah berhenti. Konsep ini menekankan tentang dinamika alam semesta yang terus menerus bergerak dan berubah, seperti roda kehidupan yang terus berputar.
Dalam pemahaman ini, Jaga Gumulung mencerminkan pandangan kosmologi Jawa yang mengakui bahwa segala sesuatu di alam semesta ini terikat dalam suatu siklus yang tidak berkesudahan, mulai dari kelahiran, pertumbuhan, kemunduran, hingga kematian dan kemudian semua kembali lagi ke awal. Siklus ini tidak hanya berlaku untuk makhluk hidup tetapi juga untuk alam dan unsur- unsur lainnya. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, Jaga Gumulung mengajarkan bahwa manusia harus menerima siklus kehidupan ini dengan bijak, menyadari bahwa perubahan adalah bagian alami dari eksistensi manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Oleh karena itu, kebijaksanaan, kesabaran dan keteangan batin sangat penting dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang datang dalam kehidupan ini.
Secara harfiah, Jaga Gumulung dapat diartikan sebagai "dunia yang bergelombang" atau "dunia yang berliku- liku". Istilah "gumulung" berasal dari kata "mulung" yang berarti gelombang atau aliran yang bergerak. Konsep Jagat Gumulung digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan hidup manusia. Seperti gelombang yang naik dan turun, kehidupan manusia dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang penuh dengan tantangan, rintangan dan kejutan. Dalam Jagat Gumulung, manusia dihadapkan pada berbagai cobaan dan perjuangan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tantangan ini sering kali menguji ketabahan, kebijaksanaan dan keteguhan hati seseorang. Konsep ini mencerminkan upaya manusia untuk mencari makna hidup di tengah- tengah segala kompleksitas kehidupan dan ketidakpastian. Manusia dihadapkan pada pertanyaan- pertanyaan filosofis tentang tujuan hidup, keadilan dan kebahagiaan.
Seperti Jagat Gumelar, Jagat Gumulung juga sering kali digunakan menjadi tema yang dominan dalam karya sastra Jawa seperti tembang, gending atau wayang. Tokoh- toko dalam karya- karya sastra tersebut sering kali mengalami perjalanan hidup yang penuh dengan liku- liku yang mencerminkan realitas kehidupan manusia. Jagat Gumulung juga mengandung pesan moral tentang pentingnya keteguhan hati dan ketabahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Hal ini dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk menghadapi tantangan dengan bijaksana dan tabah.
Buwono Langgeng; Sebuah Cita- Cita
Istilah Buwono Langgeng berasal dari bahaas Jawa di mana "Buwono" berasal dari kata "Bhuwana" yang dapat berarti penguasa, raja atau kehidupan, dan "Langgeng" berarti abadi atau kekal. Secara harfiah Buwono Langgeng dapat diartikan sebagai keberlangsungan yang abadi ayau kekekalan baik itu dalam kehidupan maupun dalam pemerintahan. Konsep Buwono Langgeng ini mengambarkan idealisme atau harapan akan adanya kestabilan, kelangsungan dan kemakmuran dalam pemerintahan sebuah kerajaan atau negara. Buwono Langgeng menggambarkan harapan akan kelangsungan pemerintahan yang baik di bawah kepemimpinan seorang raja atau penguasa yang bijaksana, Di mana terdapat kehidupan yang stabil termasuk baik dilihat dari segi politik, ekonomi dan budaya.
Konsep Buwono Langgeng juga mencakup aspek kesejahteraan rakyat. Seorang penguasa yang dianggap "Buwono Langgeng" diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, seperti melalui kebijakan yang adil dan pembangunan yang merata. Penguasa yang "Buwono Langgeng" juga diharapkan mampu mengambil keputusan terbaik untuk kepentingan rakyat dan negara.