Lihat ke Halaman Asli

Mengajar tapi Tidak Bisa Melakoni

Diperbarui: 20 Oktober 2017   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: freewechat.com

"JARKONI" itu adalah kata yang ada dipikiran saya atau mungkin anda sekalian ketika kita melihat orang yang lebih tua dari kita atau orang yang ada disekitar kita pernah pernah mengajarkan suatu kebaikan dan bahkan memberikan tekanan untuk kita supaya melakukan hal tersebut.Seperti yang saya alami saat ini, dimana saya sering mendapat tekanan dari orang yang menganggap diri mereka memiliki hal yang lebih dari apa yang saya miliki.

Saya sering dipaksa untuk melakukan hal yang baik dan benar oleh mereka, bahkan ketika saya melakukan kesalahan saya mendapat sanksi yang cukup berat dengan tekanan yang besar pula dan seakan membuat saya merasa menjadi orang yang sangan hina ketika saya melakukan kesalahan tersebut. Disatu sisi memang saya menerima hal tersebut sebagai sanksi dari apa yang saya lakukan, saya juga menyadari nya bahwa memang saya salah.Dari situ timbul adanya rasa penyesalah dalam diri ini dan kesadaran besar untuk tidak melakukan kesalahan tersebut.

Akan tetapi bagaimana jika suatu ketika orang yang mengajari kita, orang yang pernah menghukum kita berat, dan yang selalu menekan kita untuk berbuat ini dan itu, melakukan suatu kesalahan tepat didepan mata kita sendiri dan dia tidak merasakan hukuman yang kita terima ketika kita berbuat hal demikian.Inilah yang saya alami saat ini, saya sangat kesal, marah, dan benci akan apa yang saya rasakan. Saya merasa ini tidak pantas saya terima, karena justru orang yang memarahi saya, orang yang menghina saya ketika berbuat kesalahan malah melakukan keburukan tepat dihadapan saya dan seakan tidak punya rasa malu akan apa yang dia lakukan, sungguh hal ini sangan ironis.

sumber: matanews.com

Inilah yang saya lihat terjadi di negara kita, khususnya dikehidupan kita sehari-hari.Bahkan pejabat publik, partai politik dan LSM sekalipun pernah melakukan JARKONI.Kita sering melihat, mendengar dan membaca banyak Pejabat,Tokoh Agama, dan orang penting lainnya bersuara tentang Keadilan, Anti Korupsi, Kesejahteraan dan lain-lain.Contohnya seperti sekarang ini banyak Pejabat yang bicara tentang anti korupsi bahkan banyak pula pemimpin parpol yang berani menjamin bahwa kader-kadernya bersih dari korupsi. Kekuasaan yang dimilikinya dimanfaatkan untuk mengankat pamornya dan menyebarluaskan kepada masyarakat luas bahwa dirinya anti korupsi dan bersih dari hal-hal yang kotor.

Mereka yang baru saja menggalang masyarakat dan bahkan terkenal akan seruan-seruan anti korupsi malah terbukti JARKONInya ketika tak lama berselang KPK melakukan OTT kepada seorang pejabat yang tergabung dalam partai tertentu, lalu apa yang dilakukan orang-orang yang berstatus sebagai kerabat dari mereka yang tertangkap KPK. Kebanyakan dari mereka pada tahap awal tidak percaya akan OTT KPK tersesbut  dan menuding KPK melakukan perbuatan kriminal, lalu ketika bukti-bukti terkumpul dan terbukti bahwa korupsi yang dilakukan justru orang-orang yang mengaku sebagai kerabat atau rekan satu-persatu menghilang dari muka publik, lantas apa yang dilakukan Partai Politik. Tidak banyak bicara pasti langsung diberhentikan dari Keanggotaan Parta dan dianggap tidak ada, hal ini dilakukan demi menjaga citra partai tersebut.

Sekali lagi, JARKONI yang saya bahas ini adalah contoh kecil dari banyak hal terjadi di bangsa kita. Banyak contoh lain yang ada di sekeliling kita dan bahkan kita alami sendiri dengan orang-orang yang ada di kehidupan kita.Sudah sepantasnya orang yang mengajarkan hal baik harus mampu melakukan hal baik itu pula, minimal dia melakukan apa yang dia ajarkan kepada orang lain, contohnya ketika anda mengajarkan adik anda untuk bangun pagi dan pernah memarahinya ketika dia bangun siang, maka anda harus melakuka hal yang anda ajarkan pada adik anda itu pula, jangan anda mengajarkan adik anda untuk bangun pagi tapi anda sendiri bangun kesiangan.

JARKONI yang ada disekitar kita bisa dihindari dengan melakukan apa yang baik dan yang kita turunkan kepada generasi penerus dengan konsisten tanpa menurunkan standart dari kebaikan itu sendiri.Saya sendiri berusaha mengajarkan pada generasi penerus hal-hal yang baik dan saya juga berusaha melakukan apa yang saya ajarkan, supaya mereka yang saya ajarkan memiliki figur yang bisa dijadikan contoh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline