Kemitraan antara perusahaan besar, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan petani cabai merah besar, khususnya yang ada di Jember, Jawa Timur, hendaknya bersumber dari CSR (corporate social responsibility), yakni anjuran menyisihkan 2,5 % keuntungan bersih untuk mendukung pengusaha kecil atau petani. Jalannya kemitraan yang masih sangat tersendat, perlu dikaji oleh tim ahli multidisiplin, bukan cuma dari internal Indofood.
Dari pengamatan selama 6 bulan, terhadap jalannya kemitraan cabe merah besar di Indofood, nampak adanya kebijakan yang masih merugikan petani. Tim lapang Indofood yang menginvestigasi kelompok tani, didominasi oleh tim akuntan, sedangkan tim agronomi lebih ke arah kaki tangan corporate, daripada ahli yang diperbantukan PT Indofood untuk membantu kelompok dan petani mengatasi permasalahannya.
Tujuan utama pembentukan kelompok atau asosiasi petani cabe merah yang utama adalah meningkatkan penghasilan bagi petani. Sedangkan tujuan utama kemitraan dari PT Indofood, jika bersumber dari CSR adalah pembinaan petani agar petani dapat meningkatkan kesejahteraan dan PT Indofood memperoleh suplai cabe merah besar bermutu secara kontinyu baik kuantitas maupun kualitas dengan harga yang layak.
Selama proses berjalannya kemitraan, kontinuitas produk masih menjadi kendala yang utama. Pada saat harga murah, terjadi over supply, sedangkan pada saat harga mahal, produk yang dikirimkan sedikit. Solusi yang dipikirkan oleh tim akuntan dari PT Indofood lebih ke arah POLISI, yakni penjagaan produk saat petani panen di harga tinggi, bukan bagaimana menciptakan POLICY agar petani jadi loyal. Padahal penyebab timbulnya over supply saat harga murah dan kekurangan supplai saat harga tinggi beragam, bukan sekedar rendahnya komitmen petani. Penyebab utama adalah rendahnya supplai saat harga tinggi, adalah berkurangnya produksi cabe merah besar akibat serangan penyakit.
Andil PT Indofood untuk 1 hektar cabe sebesar 15 juta rupiah, sedangkan biaya produksi untuk budidaya cabe merah besar di Jember berkisar 45 -75 juta, artinya andil PT Indofood sebesar 20 -30 % total biaya. Keuntungan yang ditawarkan PT Indofood adalah jaminan produk cabe sehat dan segar semua ukuran dibeli dengan harga kontrak Rp. 6000,- dengan kompensasi kenaikan harga saat PT Indofood membeli CMB pada harga tertentu.
Dalam prakteknya, yang dialami salah satu petani, saat harga cabe di pasar lokal jember berkisar Rp. 20.000,-, petani memperoleh kompensasi harga sekitar 6 ribu rupiah. Jadi harga pasar Rp. 20.000,-, harga plus kompensasi harga dari Indofood Rp. 12.000,-. Jadi jika harga CMB seperti ilustrasi ini, maka petani yang mengeluarkan biaya lebih besar dapat kenaikan Rp. 6.000,-, sedangkan PT indofood yang notabene perusahaan raksasa, dengan andil 20-30 %, memperoleh penghematan Rp. 8.000,-. Bagi petani kondisi ini sangat tidak FAIR.
Pada prakteknya, ada godaan, saat harga cabe murah, petani mitra memasukkan produksi tetangganya yang non mitra, sehingga terjadi over supply. Sebaliknya, saat harga di pasar lokal lebih tinggi dari harga kontrak, dan produktivitas cabe menurun maka petani "kucing-kucingan" dengan agronom Indofood, menjual produknya ke pasar lokal, untuk mengurangi kerugian atau menikmati keuntungan kenaikan harga. Karena selisih harga 2000 bagi petani cabe, jika produksinya 15 ton per hektar, sama dengan kerugian 30 juta rupiah. Jumlah yang sangat besar bagi petani dan sangat tidak berarti bagi Indofood
Saran saya, jika PT Indofood ingin mempunyai petani mitra yang solid, hendaknya meniru sistem kemitraan tembakau oleh pabrik rokok besar. Harga mengikuti pasar. Kemitraan yang bermuara CSR hendaknya tidak mengejar keuntungan finansial dalam jangka pendek. Program kemitraan adalah program jangka panjang yang harus didekati dengan konsep ekonomi makro, bukan dengan ekonomi mikro. Harga kontrak Rp. 6000,- hendaknya dijadikan harga dasar, bukan harga fixed, dan Indofood, jangan menghalangi rejeki nomplok petani saat harga cabe naik dengan sistem kompensasi harga.
Jika kemitraan dengan petani cabe dijalankan sesuai arahan menteri pertanian RI dan konsep pasar bebas, maka PT Indofood akan memiliki kelompok tani mitra yang solid. Sehingga manajemen mutu dan penekanan residu bisa dilakukan sejak di lahan. Semoga Direksi PT Indofood berkenan bekerjasama dengan tim ahli DEPTAN dan kampus untuk merancang sistem yang lebih FAIR bagi petani.
[caption id="attachment_174630" align="aligncenter" width="538" caption="Belum Setinggi Harapan"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H