[caption id="attachment_237523" align="alignright" width="300" caption="Tebu Ireng Di Halaman, Sebagai Benteng Ghaib (Dok. Pribadi)"][/caption] Puisi Untuk Puteri Tebu Ibu, ijinkan aku memanggilmu puteri tebu...... Berdasarkan kisah yang engkau tuturkan saat Mbah Uti mengandungmu .............. Nasi nggak bisa masuk ............................ Air pun malas diteguk ................. Hingga berbulan-bulan ................. Hingga datang saat kelahiranmu ............. Puteri tebu ........................... Kulitmu putih kekuningan .......... Dan senyummu manis menawan ......................... Akhlakmu sejahterakan sanak saudara dan handai taulan ............... Puteri Tebu, Ibuku, lahir tanggal 12 Agustus 1946 .......... Dari rahim Mbah Lasmi ...................... Dengan ayah, Mbah Kakung H. Fadhilah R. Tjaroko Soemohardjo ................ Wafat, berdasarkan dekrit Allah,.............................. Bertepatan dengan peringatan Dekrit Presiden 5 Juli 2009 Meninggalkan suami terkasih : H. Abdul Hamid ........... Meninggalkan 7 orang anak dan 5 Menantu (kini 6)..................... Dan 14 orang cucu .............................. Jember, 24 Agustus 2010 Anak ke-4 Yayok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H