Banyak negara menggunakan politik bola. Italia misalnya. Politisi menggandeng klub-klub ternama untuk menjaring suara suporternya pada pemilihan umum. Cara ini yang ingin dilakukan oleh Golkar melalui Nurdin Halid (dan Nirwan Bakrie) melalui PSSI dan juga Arifin Panigoro (mantan politisi PDIP) dalam menghadapi pemilu 2014. Tetapi blunder kemerosotan PSSI, kekalahan dalam berbagai pertandingan, kebobrokan manajemen hingga kasus-kasus busuk dalam liganya membuat banyak pecinta bola Nasional membenci pengelolanya, terutama Nurdin Halid. Dalam berbagai demo wajah Nurdin dipajang dengan taring drakula atau kumis Hitler. Tetapi angin seribut apapun tidak dapat menggoyang PSSI, dua calon akan maju dalam pemilihan ketua umum mendatang, tetap Nurdin Halid dan anggota Trah Bakrie, Nirwan. Skenario yang akan dimainkan sebenarnya mudah ditebak, Nirwan akan terpilih dalam Kongres menggantikan Nurdin. PSSI dan dunia sepakbola yang terlanjur babak belur saat ini akan menjadi starting point bagus buat Nirwan. Dalam dua-tiga tahun mendatang Nirwan akan melakukan pembenahan internal PSSI, membuat Indonesia menjadi juara dalam pertandingan bola regional Asia Tenggara bahkan mungkin Asia. Membenahi liga Indonesia sehingga jadi tontonan yang dicintai oleh orang banyak. Nirwan akan menjadi pahlawan penyelamat sepak bola Indonesia, pembebas dari "Nurdin Dracul Halid" dan dicintai oleh para penggila bola. Suara pecinta bola dapat didulang oleh Golkar dalam pemilu 2014. Sekalipun kalah, sang kambing hitam akan tetap menempati posisi teras di pepohonan beringin. PSSI hanyalah kotak mainan Golkar yang secara eksklusif dikuasainya dan membuktikan bahwa Golkar sebagai pewaris Orde baru masih sedemikian kuat bercokol pada berbagai sendi masyarakat. Pemerintah, SBY maupun Menegpora si kumis japlang pun tidak dapat mengusiknya, apalagi bocah-bocah nakal yang bawa poster jelek Nurdin di bundaran HI. Dengan semakin transparannya media massa, maka semua orang juga tahu kalau Kongres PSSI mendatang hanyalah sekedar dagelan. Baik Nurdin maupun Nirwan adalah punggawa beringin yang berakar pada Ical. Tetapi ada kemungkinan permainan bola unfair yang dilakukan Golkar akan menjadi blunder, menggugah kesadaran betapa otoriter-itas yang bersandar pada aturan-aturan formal dapat sedemikian menjengkelkan, tidak tersentuh sama sekali. Sisa-sisa simpatisan Golkar akan mempertanyakan sementara masa mengambang sudah memutuskan, tidak mencoblos Golkar. Terlebih bila Nirwan tidak mampu mengubah budaya korup dan mafioso di internal PSSI sehingga PSSI semakin terjerumus dalam jurang kehinaan. Saat ini PSSI menjadi pencitraan negatif pada Golkar, mungkin tiga tahun lagi akan bisa digunakan sebagai pendulang suara, itu kalau Nirwan bisa membawa kesuksesan PSSI, itupun kalau orang-orang lupa bahwa yang merusak PSSI adalah orang Golkar juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H