Lihat ke Halaman Asli

Atasi Krisis Pangan dengan Polikultur

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perubahan iklim global memiliki berbagai skenario. Di Amerika Utara dan Eropa amat berpengaruh, sementara di Jepang hampir tidak disosialisasikan. Alasan utama terjadinya peningkatan suhu di Eropa dan Amerika Utara adalah di Samudera Atlantik terdapat arus panas besar yang mengalir dari selatan ke utara.

Hal ini menyebabkan terjadinya suhu udara tinggi. Jika skenario ini benar-benar berlangsung, maka pertanian tropis utamanya Indonesia sebagai negara agraris tentunya akan memegang peranan sangat penting dan sekaligus berat dalam skala dunia. Oleh karenanya, pertanian Indonesia harus mengembangkan sistem pertanian polikultur secara besar-besaran.

Mengapa demikian? karena dunia mengharapkan berbagai jenis pangan dari Indonesia dan dalam hal ini ekosistem Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Perubahan iklim juga akan menyebabkan produksi pertanian menghadapi risiko lebih besar terhadap serangan hama dan kerusakan akibat iklim.

Jadi, ketahanan terhadap bahaya ini dapat diatasi dengan pengembangan polikultur secara besar-besaran. Dan di sisi lain perlunya pembatasan terhadap pertanian monokultur. Karena sebenarnya monokultur di negara berkembang termasuk Indonesia adalah warisan dari penjajahan negara Barat yang hanya berorientasi pada keuntungannya sendiri dengan memaksakan pertanian a la penjajahan. (sumber: seminar/berbagai sumber/2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline