Buah naga merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2020 produksi buah naga mencapai 82.544 ton, meningkat sebesar 19.068 dibandingkan tahun 2019. Pencapaian ini menandai keberhasilan Kabupaten Banyuwangi sebagai pemasok buah naga terbesar di Indonesia, baik skala regional, nasional, maupun internasional. Budidaya buah naga menyebar di tujuh kecamatan yang meliputi Bangorejo, Purwoharjo, Pesanggaran, Siliragung, Muncar, Tegaldlimo, dan Sempu (Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi, 2017). Sejak 2020, Astra turut andil dalam pembenahan kualitas buah naga dari hulu hingga hilir. Dengan menggandeng PT Nusa Tropical Indonesia atau Nusa Fresh yang merupakan perusahaan ekspor yang bergerak di bidang pertanian meliputi buah tropis, sayur segar, rempah, dan produk turunan kelapa. Di Banyuwangi Nusa Fresh bertugas membeli hasil panen petani Buah Naga dan memasarkannya hingga Asia dan Eropa. Pada Maret 2022, Banyuwangi berhasil melepas ekspor buah naga ke benua Asia dan Eropa senilai 1,8 miliar.
Permintaan buah naga dari luar negeri saat ini sangatlah tinggi. Buah yang tinggi antioksidan ini sangat diminati oleh masyarakat luar negeri. Namun, permintaan pasar luar negeri berbeda dengan pasar lokal. Spesifikasi buah yang diinginkan yaitu buahnya warna merah merata, ukuran tidak terlalu besar, sirip lurus keatas, dan mulus tanpa cacat. Pada saat pengiriman pun kematangan buah tidak boleh mencapai 90%. Buah naga yang diekspor harus lolos uji lab dan tidak mengandung bahan kimia yang melewati standar batas di negara tujuan. Buah naga dengan budidaya organik dapat menjadi pilihan. Buah naga organik memiliki rasa yang manis, kandungan air tidak berlebih, daya simpan setelah petik lebih lama, dan tentunya lebih sehat untuk dikonsumsi.
Buah dengan kualitas seperti itu sulit diproduksi karena hama dan penyakit yang kerap menyerang. Diantaranya hama kreco, siput, tikus dan lain-lain. Penyakit yang sering menyerang tanaman buah naga seperti kanker batang, busuk batang, antraknosa, dan cacar buah. Untuk menangani permasalahan tersebut para petani menggunakan pupuk kimia dan organik. Namun sayangnya, karena masih banyak petani menggunakan cara penanganan yang salah mengakibatkan penyakit semakin menyebar dan buah kualitas ekspor semakin sulit didapatkan.
Melihat permasalahan tersebut Tim OVOC IPB Banyuwangi 1 & 2 mengadakan pelatihan bersama mitra YDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra) Banyuwangi mengenai Penerapan SOP Budidaya dan Pengendalian Hama Penyakit. Pada pelatihan yang diselenggarakan narasumber menjelaskan pengetahuan dasar mengenai cara pengendalian hama penyakit dan cara budidaya yang berbeda sesuai dengan cuaca dan kondisi wilayah. Pelatihan dihadiri oleh 40 petani yang berasal dari 7 kelompok tani dari berbagai desa dan kecamatan yang berbeda. Pelatihan ini diadakan agar petani lebih memperhatikan SOP budidaya, sehingga bisa menghasilkan produk buah naga yang berkualitas dan tembus pasar ekspor. Setiap negara importir buah naga memiliki standar yang berbeda-beda. Diperlukan ketelatenan dan keuletan untuk dapat memenuhinya.
Dengan diadakannya pelatihan ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah serangan hama dan penyakit yang ada, sehingga akan semakin banyak pula buah naga yang lolos spesifikasi ekspor. Buah naga yang diekspor tidak hanya menguntungkan eksportir saja, tentunya petani juga mendapat dampak positifnya. Petani menerima harga yang lebih tinggi ketimbang menjual buahnya kepada tengkulak atau pedagang besar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H