Pagi yang cerah, menandakan matahari bersinar terang memberikan sinar cahaya bagi kehidupan alam semesta ini. Begitu setia setiap saat memberi panas sinar ultra violetnya bagi tumbuhan, pepohonan, ikan dilaut dari rumput laut yang segar megoksigeni air laut, tubuh binatang dan manusia menghangat membantu peredaran darahnya. Sehat walafiat siap berkatifitas untuk mencapai asa cita-cita yang diharapkan di masa kini dan masa depan.
"Eee, seger sekali pagi ini", kata seseorang berdiri, setelah keluar di depan pintu halaman rumahnya. Di lerang bukit pegunungan sisi timur Gunung Lawu, yang terletak di antara dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur itu. "Nikmat sekali udara pagi ini, bersama dengan sinar surya yang menghangat, Terima kasih Tuhan.", kalimat yang terucap berikutnya dari seseorang tadi. Kegiatan ini sepertinya telah jadi kebiasaan sejak lama dia lakukan. Dalam setiap laku yang disadarinya itu, merupakan penyadaran akan adanya perubahan yang pasti terjadi sestiap saat.
Dalam duduk silanya, dia memandangi sang surya yang mulai terbit meskipun belum penuh. Emang dia sudah memperhatikan sejak semburat cahaya merah terlihat. Sebelum terbitnya mentari dia telah menjalankan kewajiban kepada Sang Pencipta. Lalu gerak-gerak ringan bagi tubuhnya agar relaksasi itu terjadi. Sebagai upaya mencegah terjadinya kontraksi atau cedera otot atau urat di tubuhnya. Terlihat kekar tubuhnya sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan sehari-hari. Sebagai orang lerang pegunungan sangatlah mengenal kontur kultur pertanaham di perbukitan itu yang naik turun, bebatuan, berpasir, juga tetap ada air yang mengalir tiada henti dari puncak gunung atau bukit ke lerengnya.
Lingkungan pegunungan yang penuh energy positif. Alam yang bersih segar udaranya, hijau pepohonan menjadikan indah utnuk dipandang dan dinikmati, perkebunan dan pategalan yang menghasilkan hasil bumi untuk kesejahteraan warga atau pemduduknya. Insan manusia sebagai pemangku amanah penjaga perawat juga penikmat bumi ini, semua yang tersedia ini diserahkan pada nya untuk mengelolla, semua ada aturannya. Gusti Allah itu selalu dalam cinta kasih sayang-Nya pada manusia memberi nikmat setiap saat. Bahkan sampai di hari yang akan datang.
Pagi secerah ini, menampakkan keperkasaan sang surya penerang dunia, pemberi harapan positif bagi semua mahluk hidup. "Duh Gusti, terima kasih di saat seperti ini terasa ku tak pantas kalau tak mensyukuri semuanya yang kau berikan padaku, pada ibu bapakku, serta pada lingkunganku", ... ucapan dalam hati sanubarinya. Semua dicobanya untuk bisa menikmati karunia itu, meskipun sedikit demi sedikit. Jika kita mau memilih memilah satu per satu itu jelas sangat banyak yang telah kita terima dari Allah. Duduk saja itu nikmat yang luar biasa, berarti otot-otat kaki tangan dan semua organ tubuh kita berfungsi dengan baik
Dalam duduknya, badan yang lengkap dari ujung ramut di kepala sampai ujung kuku kaki lengkap adanya. Rambut yang teruari sampai di pundaknya bahkan beberapa melampauinya. Emang di saat itu berambut panjang merupakan salah sata ciri kehdupan dan kejantanan seorang laki-laki yang identik perkasa. hitam legam warna rambut yang bersih karena rajin keramas pakai arang jerami yang dibakar untuk membersihkan rambut dan membuatnya hitam kelam. Sungguh kehidupan yang sangat tradisional bagi masyarakat lereng penggunungan Gunung Lawu. Badan kekar padat berisi dengan otot, daging dan tulang yang terlatih drngan baik. Perawakan yang umum bagi pemuda jawa nusantara, terlihat perkasa, dengan penuh sikap sopan santun dalam bertindak. ajaran adiluhur dari pasa sesepuh telah banyak diterimanya dari orang -orang sekitar yang penuh kasih sayang padanya sepanjang waktu. Ajaran adiluhur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H