Pada suatu siang hari setelah Lebaran Idul Fitri 2020 ini, ada suatu dialog yang menggudah kenangan masa lampau antara penjual dan pembeli dhawet ireng yang mempunyai sejarah masa lampau se-daerah, di Jawa Tengah. Kedua belah pihak tidak bisa mudik atau pulang kampung karena pandemi corona covid19.
"Pak, Dhawet ireng nya enam bungkus ya, untuk kami bawa pulang ke rumah!" Pinta seorang ibu muda kepada penjual dawet ireng di Situ Tipar Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur.
"Mas (suaminya), kita minum di sini saja ya, semangkok berdua?" tanya ibu muda tersebut pada suaminya.
"Boleh, sepertinya pasti seger buat kita," jawab suaminya kepada ibu muda yang langsung memesan semangkok untuk diminum di warung khusus jualan dhawet ireng tersebut.
Sang bapak penjual dhawet ireng tersebut, setelah memenuhi pesanan konsumen sebelum ibu muda tersebut dengan cekatan membuatkan semangkok untuk ibu muda tersebut.
Setelah jadi semangkok, diserahkanlah kepada ibu muda tersebut. Dilanjutkan komunikasi sambil menikmati dhawet ireng bersama suaminya dengan penjual dhawet yang ternyata berasal dari Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, sebelah timur dari Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah pula dimana ibu muda tersebut dilahirkan dan dibesarkan orang tuanya.
Kembali tentang jajanan khas Purworejo tersebut yaitu dhawet ireng itu kombinasi dari:
1. Dhawet ireng, dengan bahan campuran sagu dengan tepung beras, warna hitamnya (ireng) itu berasal dari arang jerami padi (sudah di produksi masal di Kecamatan Butuh), campuran dari tiga bahan secara seimbang maka dhawet bewarna hitan yang lembut.
2. Gula merah atau gula aren, yang dicairkan sebagai pemanis.
3. Santan kelapa yang cukup kental.
4. Es Batu, yang sudah dipecahkan kecil.