Banyumas – Wisata Minat Khusus Pagelaran Wayang Ruwat menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kesenian dan kebudayaan jawa. Bulan syura menjadi ajang pertunjukan di berbagai pelosok desa dengan menyelenggarakan grebeg sura.
[caption id="attachment_214305" align="aligncenter" width="600" caption="Pagelaran wayang ruwat / Dok. Pribadi"][/caption]
Pagelaran wayang kulit di Pendopo duplikat sipanji banyumas, Kamis 13 Desember tidak di selenggarakan pada malam hari seperti layaknya pagelaran wayang biasanya. Berbagai tanaman hasil bumi tampak terlihat di panggung wayang. Terlihat ada kelapa, padi, umbi-umbian dan sebagainya. Inilah pagelaran wayang ruwat bumi yang khusus di selenggarakan pada bulan syura.
Wayang Ruwat di sebelah barat balai pendopo kecamatan banyumas merupakan rangkaian kegiatan Grebeg sura Banyumas, setelah sebelumnya diadakan jamasan pusaka banyuma, malam tirakatan di pendopo serta adanya larungan sesaji dan prosesi kirab dan tumpengan.
Pada tahun ini pagelaran wayang ruwat terlihat lebih sederhana, dengan mendatangkan Dalang dari desa sokawera kec. Patikraja banyumas serta di iringi nayaga yang sudah tidak asing bagi masyarakat banyumas. tampak terlihat tidak ada layar seperti pagelaran wayang biasanya. Namun antusias warga untuk menikmati sajian cerita pewayangan tetap tinggi, terlihat walaupun hujan sempat menyiram banyumas dan sekitarnya tapi penonton masih tetap setia mengikuti jalan cerita.
Bapak Darsim (38) mengaku setiap tahun pasti melihat pentas pagelaran wayang ruwat di pendopo Banyumas, “inyong saben tahun mesthi nonton, itung-itung awujud ngormati budaya setahun sepisan” (Saya setiap Tahun Pasti menonton pagelaran wayang ruwat banyumas, wujud menghormati budaya yang hanya diadakan setahun sekali). Pak darsim yang merupakan warga sekitar bisa melihat dari awal cerita sampai selesai.
[caption id="attachment_214306" align="aligncenter" width="610" caption="Dewi Sri dan Segawon / Dok. Pribadi"]
[/caption]
Walaupun cerita tidak jauh berbeda dari pagelaran wayang ruwat tahun-tahun sebelumnya saya tetap menikmati ceritanya. Karena setiap dalang membawa ceritanya sendiri-sendiri yang tentu masih tetap berpegang pada pakem yang ada. Berbeda memang dengan pagelaran wayang pada umumnya yang menampilkan tokoh-tokoh pewayangan seperti pandawa maupun kurawa.
Pada pagelaran wayang ruwat lebih di dominasi Dewi Sri dengan pesan-pesan untuk menjaga kelestarian alam. Segawon (serigala) dan celeng (babi) juga tak mau kalah untuk unjuk diri dalam setiap pagelaran wayang ruwat bumi.
Banyak pesan yang terkandung dalam pentas pagelaran wayang ruwat bumi, selain wujud rasa syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih masyarakat petani kepada bumi atas hasil aneka tanaman dan buah-buahan. Juga wujud penyucian harta dan jiwa. Serta sarana peningkatan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H