Lihat ke Halaman Asli

Banyumas Maya

Karena Berbagi Tak Pernah Rugi, Teruslah Berkarya

Dari Desa Membangun Indonesia (Melung)

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13547480321778513148

Teknologi hanyalah sebuah alat, bukan tujuan. Dengan teknologi menjadikan tujuan lebih cepat dan akurat. Peningkatan pelayanan publik serta komunikasi yang bisa menembus batas waktu dan tempat [Tidak mengenal ruang dan waktu].

[caption id="attachment_213032" align="aligncenter" width="610" caption="Budi Satrio Kepala Desa Melung / Dok. www.desamembangun.or.id"][/caption]

Desa melung terletak di kecamatan kedungbanteng Banyumas. desa yang teletak dibawah gunung slamet, sangat berdekatan dengan bukit cendana yang banyak dijadikan tempat camping pecinta alam dari segala penjuru Nusantara. Jarak dari kota purwokerto sekitar 13 KM ke arah utara. Jika anda pernah ke baturraden maka untuk menuju desa melung sangat dekat dari lokawisata baturraden. Kurang lebih hanya 5 KM ke desa agro wisata melung.

Walau lokasinya di desa bahkan perbukitan dan memang agak sulit untuk dijangkau, namun masalah teknologi tidak mau kalah dengan sobat kompasianer yang hebat-hebat, hehe...  :-) Website atau blog seolah sudah menjadi makanan sehari-hari. Kualitas tulisan artikel dalam blog juga tidak kalah sama jurnalis di media cetak loch. Padahal salah satu pengelola berita hanya lulusan SMP namun disejajarkan dengan jurnalis media mainstream seperti kompas, suara merdeka, dan lainnya dalam ajang jurnalis Jawa Tengah beberapa bulan yang lalu.

Bapak Margino salah satu perangkat desa yang menjadi Ketua Tim Redaksi website desa melung, orangnya sederhana dan akrab kepada siapa saja. Beliau juga bukan hanya pandai merangkai kata dalam sebuah artikel tapi juga pengguna open source loch. Dengan program MGOS (Melung Go Open Source) yang menjadikan Linux makanan sehari-hari dalam aktifitas kerjanya.

Dalam peningkatan Pelayanan Publik, menurut Budi Satrio Kepala Desa Melung, “kalau pelayanan lebih dari 5 menit maka tidak usah bayar biaya administrasi”. Hal ini sesuai dengan slogan kalau bisa di percepat kenapa mesti diperlambat benar-benar di gunakan.  Berbekal sistem Informasi Desa OpenMitra Pemerintah Desa Melung meningkatkan dan mempercepat pelayanan publik. Jika akan membuat sebuah surat keterangan/surat pengantar maka tinggal memasukan NIK (Nomor Induk Kependudukan) maka bisa langsung di cetak.

Selain teknologi dalam website, penggunan sistem operasi Linux serta Peningkatan pelayanan dengan Sistem informasi desa open mitra, Desa melung juga tetap melestarikan warisan budaya leluhur loch. Pada hari ini bertepata dengan hari kamis wage malam jumat kliwon [6 Desember 2012] di Desa melung akan ada rangkain acara Sedekah Bumi Desa Melung. Agenda desa 3 tahunan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME serta terima kasih kepada bumi.

[caption id="attachment_213047" align="aligncenter" width="610" caption="Wayang Ruwat Bumi Desa Melung / dok. www.melung.or.id"]

1354754209950772470

[/caption]

Ruwat bumi Tahun 2012 akan menghadirkan wayang ruwat dengan lakon “semar mbangun kahyangan”. Adapun untuk tema ruwat bumi kali ini adalah sebagai Sarana Mawas Diri Untuk Kembali Kepada Semangat Pada Karakter Bangsa.

Selain kegiatan Sedekah Bumi Desa Melung pada hari ini juga di peringati Milad atau Harlah Gerakan Desa Membangun yang pertama. Sebuah gerakan sosial untuk untuk Kemandirian dan Kedaulatan Desa. Dimana desa bukan hanya menjadi obyek sebuah pembangunan, tapi menjadikan Desa lebih aktif dan menjadi subyek dari pembangunan desa itu sendiri. Pada #HarlahGDM atau #1thgdm tahun ini akan diselenggarakan berbagai macam kegiatan seperti lokakarya, pengelolaan website, #RUUDesa #BuruhMigran serta berbagai rangkaian kegiatan yang menarik.

Banyak sekali yang menarik dari desa melung kecamatan kedungbanteng. Belum lagi dengan sayur organik yang menjadikan desa melung laboratorium alam bagi para mahasiswa dari unsoed dan kampus lain. Menjadi tempat pelepas liaran elang jawa atau Garuda yang merupakan simbol Negara Indonesia. Serta berbagai kunjungan dari sekolah, universitas, komunitas, serta peneliti dari berbagai penjuru nusantara bahkan ada juga dari manca Negara untuk belajar bersama.

Semoga bisa mengispirasi diri sendiri serta sahabat kompasianer. Bahwa sebenarnya masih banyak yang bisa kita lakukan untuk negeri. Desa yang berada di perbukitan saja bisa mengelola website kenapa yang di kota tidak. Desa yang sangat sulit dijangkau dengan kendaraan saja bisa menggunakan sistem operasi sumber terbuka kenapa yang dikota takut pakau linux dan masih setia dengan jendelanya. mari belajar lagi dan belajar lagi untuk menjadikan kita lebih rendah hati. Salam dari desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline