Haruskah rakyat kecil sulit membeli BBM di negeri sendiri, padahal minyak bumi begitu banyak di negeri pertiwi. sudah cukup lama negeri ini merdeka, namun sejahtera begitu sulit untuk dicapai rakyat jelata. seolah penjajah dari dalam negeri lebih keji terutama bagi yang berkorupsi dengan tampilan berdasi.
[caption id="attachment_213216" align="aligncenter" width="610" caption="Ilustrasi SPBU di Purwokerto / Dok. Pribadi"][/caption]
Beberapa hari yang lalu begitu marak pemberitaan tentang kelangkaan BBM di berbagai wilayah, bukan hanya di pulau jawa bakan sampai ke beberapa provinsi di luar pulau jawa. Alasan terhambatnya distribusi menjadi alasan klasik bagi perusahaan Pertamina maupun pemerintah.
Beruntung sekali saya hidup di kota kecil Purwokerto Banyumas yang masih tertitorial Provinsi Jawa Tengah. Letaknya yang strategis menjadikan purwokerto sebagai lalu lintas kota-kota besar di pulau Jawa. Dan kondisi geografis yang dekat dengan Pertamina Cilacap menjadikan distribusi BBM ke Banyumas dan sekitarnya cepat dan lancar.
Namun kemarin saya kaget ketika teman saya yang mengeluh. Dewi (bukan nama sebenarnya) agak kecewa tatkala mau membeli premium di salah satu SPBU di Pusat kota Purwokerto, pasalnya Premium tidak di jual dan hanya menyediakan pertamax. Serba bingung mbak dewi, tidak beli tapi ternyata bensinnya sudah habis, kalaupun beli pasti dapatnya sedikit sekali. Perlu di ketahui Dewi adalah masyarakat kecil yang belum pernah pakai pertamax, hidup di desa pinggiran, uang pun tak melimpah, bahkan untuk beli makan saja susah.
Tapi akhirnya Dewi membeli BBM pertamax tersebut dengan harga Rp 10.000,- sedangkan sampai rumah yang jauh di pinggiran kota sudah langsung habis. Padahal kalau pakai premium bisa lebih menghemat bagi mbak dewi.
Ada apa sebenarnya di SPBU tersebut? Kenapa kok hanya pertamax yang di jual? Kan tidak semua orang kecil mampu untuk beli pertamax? Ternyata saya coba mampir kesana memang betul SPBU tersebut memang dalam masa pembinaan oleh Pertamina.
SPBU OVIS di Purwokerto di kenai teguran atau sanksi oleh Pihak pertamina berawal dari tulisan yang menyatakan bahwa Premium Habis. Pihak Pertamina mengecek keberadaan SPBU tersebut dan setelah di cek ternyata masih ada stock Premium yang cukup banyak namun tidak di jual kepada konsumen/masyarakat. Melihat hal tersebut pihak pertamina langsung menindak tegas terhadap pengelola SPBU nakal tersebut.
Dalam masa pembinaan, SPBU OVIS tidak mendapat distribusi Premium dari pertamina selama bulan desember sebagai hukuman, dan hanya pertamax yang di kirim ke SPBU tersebut. Tampak juga di lokasi tulisan yang cukup besar yang menerangkan bahwa SPBU OVIS sedang dalam pembinaan di tembok bagian selatan.
Hikmahnya adalah apapun kondisi kita hendaknya kita ngomong (berbicara) atau tampil apa adanya, dalam kultur banyumas lebih dikenal dengan blakasuta atau apa anane, yaitukondisi dimana antara kenyatan dan ucapan harus sama. Berkata benar tidak berbohong.
Dalam kasus ini sebenarnya barang tersebut (premium) ada namun di tuliskan dalam pesan kepada konsumen bahwa bahan bakar premium habis, hal ini berarti bahwa tidak sesuai dengan kenyataan. Bagi orang awam seperti saya bisa di bilang penimbunan.
Cablaka, blakasuta merupakan ciri khas orang Purwokerto Banyumas. berbicara apa adanya, seperti dalam pepatah arab menyatakan Katakan Kebenaran itu walau pahit sekalipun. Mari kita belajar dari tingkah laku kita sudahkah kita jujur pada diri sendiri. Selamat beraktifitas sobat kompasianer dan pembaca. Salam dari desa :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H