Debat Pasangan Calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta perdana, atau pertama kali sudah di lakukan melalui stasiun kompas Tv,Tv One, Trans Tv, Metro tv dan lainya, masing-masing kandidat memberikan keahlian dalam menyampaikan argumentasinya., visi misi kesemuanya terlihat bagus, dan mengenai visi misi tidak ada satupun paslon yang visi misinya tidak bagus.
Jelas dalam debat ini AHY-Sylvi menjadi juaranya, Ahok-Djarot yang petahana bisa di kalahkan, Anies-Sandi juga di kalahkan, di samping karena AHY-Sylvi tanpa beban mengikuti acara debat tersebut, terlihat sylvi menguasai pengalaman untuk menjawab pertanyaan dari paslon nomor 1 dan 2. kita melihat Ahok-Djarot di "Kick" melalui bukit duri sedangkan Anies-Sandi di "kick" melalui heboh warga asing.
Secara keseluruhan debat berjalan dengan baik dan sangat damai, Anies Baswedan mempertontonkan kecerdasan yang memang di milikinya dan tidak termakan kalimat Ahok yang tidak elegan,sedangkan Sandiaga Uno menunjukan kelas tersendiri dalam cara berkomunikasi,secara etika moral, Anies-Sandi layak menjadi teladan dalam cara berkomunikasi dan tidak memperlihatkan emosional serta kesombongan.
Kelemahan Ahok terlihat jelas.
Ahok terlihat sangat tidak siap mengikuti debat ini, entah karena permasalahan yang belakangan ini menimpanya, atau memang ahok tidak mengetahui komunikasi yang baik, kelemahan pertama Ahok selalu mengatakan "namanya juga pengen jadi Gubernur,jadi kita maklumlah," seorang profesional tidak akan mengatakan hal itu, bagaimana jika kalimat itu memakan dirinya sendiri,? orang yang berhak mengatakan seperti itu adalah orang yang sedang tidak mencalonkan dirinya dalam pemilihan gubernur, bagaimana mungkin seseorang yang sedang mencalonkan dirinya mengatakan seperti itu? lalu kelemahan ahok yang kedua adalah menyangkut profesi. Ahok mengatakan "paslon nomor 3 gaya-gaya dosen ya begitu ngomongnya,"
Seperti saya tulis di atas, apakah karena ahok tidak siap debat,atau tidak mengetahui cara komunikasi yang baik, atau ahok memang tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan,? kearifan malah terlihat dari sosok Calon wakil gubernurnya, Djarot Saiful Hidayat.untunglah Djarot bisa mengendalikan debat tersebut, kita tidak membayangkan jika ahok terus yang mengendalikan. Djarot lebih terlihat kalem dan profesional. dalam hal ini Ahok tertolong oleh Djarot.
Dalam komunikasi politik terbuka,(baca: tontonan politik yang di tayangkan kepada publik.) apa yang di ucapkan ahok tersebut merupakan sebuah kelemahan yang fatal, sesi debat masih harus berlangsung.pelajaran penting untuk timses Ahok-Djarot agar bisa memberikan pembelajaran komunikasi kepada Ahok. jika masih ingin menerima simpati warga Jakarta,
menjadikan Djarot sebagai ikon untuk debat kedua, merupakan sebuah pilihan tepat bagi kubu timses Ahok-Djarot, melihat kemampuan dalam mengendalikan emosi nampaknya Djarot lebih pantas untuk menjadi tameng dalam sebuah diskusi.lawan Ahok-Djarot adalah orang-orang yang sudah terlatih untuk menghadapi sebuah even resmi yang di mana tontonan moralitas etika menjadi penting.
Jika AHY-Sylvi saja bisa unggul dalam debat, mengapa Ahok-Djarot yang petahana tidak bisa,? waktu untuk mengoreksi dan mempelajari diskusi masih tersedia untuk Ahok, penonton akan menunggu kalimat-kalimat baik yang akan di tonton dan di saksikan oleh semua usia, ingat, tidak semua orang tua yang menyaksikan acara tersebut.
Salam warga Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H