Lihat ke Halaman Asli

Sitorus versus Silalahi versus Siahaan: Pertarungan Sesama Warga HKBP di Pilkada Siantar

Diperbarui: 26 Agustus 2015   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari empat calon walikota Siantar, tiga orang merupakan etnis Batak Toba. Mereka adalah Hulman Sitorus, Wesley Silalahi, dan Teddy Robinson Siahaan. Ketiganya sama-sama marga yang berasal dari Toba, bukan dari Silindung, Humbang atau Samosir.

Boleh setuju atau tidak, meski banyak yang menolak pendekatan identitas marga dan agama untuk menentukan siapa yang bakal dipilih, kenyataannya masyarakat di akar rumput, masih bersikap seperti itu. Mereka masih memilih karena satu ompung, satu marga, satu rumpun marga, satu subetnis,  hingga satu etnis. Atau karena satu gereja, aliran dan agama. Satuan kekerabatan tersebut digunakan secara berjenjang dari yang paling kecil hingga menemukan titik temu yang menghubungkan dengan calon tersebut.

Untuk mengetahui peta dukungan masing-masing calon tersebut, dengan menggunakan satuan kekerabatan marga berdasarkan silsilah, dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Hulman Sitorus
Sitorus masuk rumpun marga Nairasaon, bersama Sirait, Butar-butar dan Manurung.
Istri Hulman Sitorus adalah boru Pardosi, masuk rumpun marga Tuan Dibangarna, bersama Panjaitan, Silitonga, Sianipar dan Siagian.

2. Wesley Silalahi
Silalahi masuk rumpun marga Silahi Sabungan. Antara lain  ada Sihaloho Situngkir, Sondiraja, Sidebang, Pintubatu dan lain-lain.
Istri Wesley adalah boru Sinaga, masuk rumpun marga Raja Lontung, yang antara lain Siregar, Nainggolan  Simatupang dan lain-lain.

3. Teddy Robinson Siahaan
Siahaan masuk rumpun marga Tuan Somanimbil bersama Hutagaol dan Simanjuntak.
Istri Teddy Robinson Siahaan adalah boru Hasibuan, yang masuk rumpun marga-marga Siopat Pusoran, seperti Tobing, Hutabarat, dan  Panggabean.

Perlu dicatat, orang Batak juga mengenal adanya boru (hela), hula-hula dan bere. Ini akan menarik dukungan dari orang yang bisa saja bukan semarga atau satu rumpun, tetapi ada kaitan amat erat, dalam posisi sebagai boru, hula-hula atau bere.

Sekadar mengingatkan, ketiga calon ini ternyata sama-sama warga HKBP. Bisa dibayangkan sengitnya persaingan memperebutkan dukungan marga-marga dan warga gereja. Jika pendekatan masih konvensional, menggunakan ikatan primordial dan sektarian, maka suara warga Batak yang secara statistik terbesar di Siantar, akan terbagi-bagi.

Tentu saja ini akan memberi keuntungan bagi pasangan calon Nomor Satu, Sujito , yang satu-satunya walikota Siantar dari etnis Tionghoa. Apalagi dia didukung wakilnya, Jumadi yang berlatar belakang etnis Jawa. Meski ketiga calon dari Batak Toba ini juga mengambil wakil dari etnis lainnya.

Pertanyaan besar, ke mana kecenderungan suara etnis Simalungun, Mandailing, dan lain-lain, yang jumlahnya juga signifikan di Siantar? Siapa yang menjadi representase mereka? Apakah akan ada yang memilih menjadi Golput? Tergantung seberapa besar kemampuan empat pasangan calon meyakinkan mereka.

NB. Tulisan ini bukan mau mengungkit SARA, hanya menggambarkan posisi masing-masing calon.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline