Pria itu menatap menatap sumringah ke layar televisi di ruang tamu rumahnya. Idolanya tampak berdiri gagah di depan sidang paripurna MPR, mengucapkan sumpahnya sebagai Presiden. "Yess...selamat bekerja Jokowi-JK," katanya pelan sambil menyeruput kopi buatan istrinya.
Masih segar dalam ingatannya, dia kampanye ke mana-mana agar memilih Jokowi. Hampir tiap malam berantam di facebook, meluruskan dan meng-counter berbagai black campaign. Bahkan secara agresif masuk ke grup pendukung lawan, untuk menjelaskan kelebihan mantan walikota Solo tersebut.
Dia bukanlah pengurus atau anggota partai politik. Beberapa kali pemilu, pria ini selalu golput dan menjauhi pernak-pernik politik. Tapi saat Jokowi masuk nominasi menjadi capres, dia tak kenal lelah tanpa dibayar, dari hatinya yang tulus, tanpa pamrih, selalu mempromosikan suami Iriana ini.
Saat Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Jokowi-JK sah sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih, pria ini malah menonaktifkan akun media sosialnya. Dia tak banyak bicara lagi tentang politik. Seolah membayar kembali waktu yang banyak tersita karena masa kampanye, pria ini fokus mengurusi pekerjaannya.
Kadang dia tersenyum simpul melihat spanduk, baliho atau berita di koran yang dibuat orang-orang yang merasa berjasa memenangkan Jokowi-Jk. Padahal dia tahu persis sebagian nama-nama itu entah di mana saat masa kampanye. Saat Jokowi menang, mereka mendadak muncul dan berlagak pahlawan. Motifnya tentu merapat ke kekuasaan.
"Relawan, ya relawan. Jangan berharap diberi jabatan atau ada imbalan," katanya tegas kepada istrinya yang bertanya apakah tak diundang ke Monas untuk pesta rakyat. Bagi pria ini, relawan hanya bertugas memenangkan dan setelah menang,tak perlu berteriak dan meminta bagian. Entah berapa banyak nanti orang mengaku relawan yang kecewa saat dirinya atau temannya tak dipilih menjadi menteri.
Sembari menekan tombol off remote televisinya, pria ini menaruh harapannya kepada Jokowi bisa membuat perubahan besar menuju yang lebih baik di Indonesia. Jika tidak, dia bertekad, akan berada di garis depan mengritisi Jokowi-JK. Hmm....tapi berilah dulu waktu bagi mereka bekerja 100 hari ke depan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H