Lihat ke Halaman Asli

Keperihan Hatiku

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah di suatu siang yang terik, kalian duduk termenung sambil memandangi wajah kekasih anda dalam photo Hand phone? ditemani lamunan yang indah tentang anda dan dirinya. Tentunya kalian dapat merasakan, bahwa saat memandangi wajah kekasih anda, wajah anda spontan berubah menjadi sangat berseri-seri. Terlebih jika kalian bisa mewujudkan dalam ikatan cincin yang melingkar di jari manis. Tentu, tak terbayangkan lagi, betapa indahnya sepasang kekasih yang demikian. Namun, tiba-tiba impian anda tentang semua itu mendadak buyar bagai ruh tercabut dari jasad anda.

Saya pernah dan saat ini saya merasakan hal itu.

Dan kalian tahu? Bagaimana rasanya cinta yang begitu suci terjaga dalam kasih sayang Allah. Dan ia siap melakukan apa saja demi orang yang dicintainya. Kadang perasaan itu seperti sia-sia dan begitu menyakitkan, saat mendengar berita, mantan dari kekasih anda kembali menghubunginya lalu menyatakan bahwa dia teramat menyesal karena sudah meninggalkannya. Kemudian mantan dari kekasih anda menyelipkan kata-kata manis dengan harapan bisa kembali memiliki kekasih anda. Apa yang akan kalian rasakan? sakitnya tidak terlihat, sangat sulit ditangkap, tetapi tetap bisa dirasakan.

Hingga saya berdoa,
Ya Allah betapa faqirnya jiwa ku, betapa rendahnya kesanggupan ku untuk mendayagunakan akal ku, betapa lemahnya kemampuan ku untuk mengendalikan hati ku, di hadapan rahasia iradah-Mu, di hadapan misteri kehendak-Mu, serta di kandungan luas tak terbatasnya cinta-Mu. Hiburlah diri ini Yaa Robbi

Angin siang meniup lembut menyertai setiap kegundahan yang keluar dari jiwa pemuda dhaif ini. Mengapa?, karena saya akan menorehkan segala derita yang kalian tak sanggup menanggung beban sendirian. Dan Insya Allah saya selalu sanggup hadapi semua ini, karena Allah semata.

Kalau boleh jujur, saat ini ada seorang wanita yang begitu saya kagumi, sangat saya sayangi, dan bahkan teramat sangat saya cintai dan saya sanjung-sanjung dalam setiap pikiran, doa dan pembicaraan. Jika kalian tahu, rasa hati saya melebihi kecintaan saya terhadap diri saya.

Dia adalah wanita yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan. Yang menurut saya, dia adalah ciptaan Tuhan yang mendekati sempurna. Dia tidak jelita seperti kebanyakan putri sejagad, tapi lebih tepat kalau saya mengatakan bahwa dia adalah bidadari yang memancarkan sinar keanggunan. Wajahnya yang ayu dibungkus dengan sifat sederhana, santun, tatapan matanya tajam tapi lembut, perangainya begitu perhatian dan penuh hormat. Masya Allah saya selalu kesemsam jika melukiskan keindahan dirinya.

Saya tidak akan menulis semua uneg-uneg hati ini dengan jelas seperti cerpen atau novel-novel yang banyak dibuat oleh penulis hebat. Selain waktu terbatas, juga dikarenakan saya sudah tidak sanggup menahan titisan air mata ketulusan cinta saya kepadanya, yang mungkin menurut kalian (lebay), Tapi biarlah. Kepedihan hati ini cukuplah saya sendiri yang akan menanggung, semoga hal ini menjadi soal pribadi saya untuk sementara waktu. Dan kalian tidak akan mengalami seperti yang saya alami.

Maaf saya tidak detail mencurahkan segala isi hati,
Singkatnya begini, "jika nanti dia tidak lagi mencinta, saya rela untuk kebahagiaannya. Karena betapapun saya mencintainya saya teramat menyadari kalau diri ini tak lebih dari sekedar debu yang tidak sebanding denganya" Tapi saya akan selalu berharap untuk memperoleh cintanya sampai malaikat maut mengatakan, "Aku tidak sampai hati membiarkanmu menderita oleh karena cintamu padanya yang begitu suci, pejamkan matamu dengan tenang dan tidurlah abadi disini, kemudian tersenyumlah, karena Allah meridhoi cintamu kepadanya walau ia memilih orang lain ketimbang dirimu" Sebenarnya teramat berat bibir ini mengatakan, tapi kecintaan saya kepadanyalah yang membuat saya berani menyampaikan.

“Yaa Allah Yaa Robbi... sesungguhnya aku mengeluhkan kesedihan dan duka derita ini tidak kepada siapapun selain Engkau wahai Maha Pengasuh kami.

Bismillahirrahmanirrahim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline