Lihat ke Halaman Asli

Via Iucunda: Sebuah Perjalanan Turing Sepeda (bagian pertama)

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1356149016284200088

Bersepeda selalu menjadi keigiatan menyenangkan bagi saya. Selain menyenangkan, bersepeda terutama bersepeda jarak jauh juga menjadi sarana untuk retret -kembali menepi, hening bersama diri sendiri dan Sang Pencipta-. Pertama kali bersepeda jarak jauh adalah saat lulus SMA. Intensi kala itu ada;ah untuk menepati nazar karena telah lulus SMA dan sebagai ungkapan syukur karena telah diterima di Seminari. Perjalanan pertama yang saya tempuh adalah rute Wates - Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran pp. Saat itu saya ditemani oleh ayah. Perjalanan sekitar 60 kilometer pp kami selesaikan dalam sehari karena selepas berdoa di Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran, kami mampir ke rumah saudara. Perjalanan kami kala itu kami lakukan beberapa minggu setelah gempa Jogja. Sepanjang perjalanan, kami masih bisa melihat reruntuhan akibat gempa Jogja. Dibandingkan dengan Wates, Bantul mengalami kerusakan parah akibat gempa. Perjalanan ini jelas berkesan karena selain perjalanan pertama, perjalanan ini saya lakukan dengan ayah saya. [caption id="attachment_223201" align="alignnone" width="432" caption="Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran"][/caption] Pejalanan bersepeda jarak jauh kedua yang saya lakukan mengambil rute Wates-Gua Maria Sendangsono-Borobudur-Muntilan-Jogja-Wates selama 3 hari 2 malam. Di perjalanan ini, saya ditemani oleh teman kuliah saya yaitu Langgeng. Kami menempuh rute ini saat libur semester. Rute terberat dari perjalanan ini adalah Wates-Gua Maria Sendangsono di hari pertama karena jalan yang harus kami lalui naik-turun dengan banyak tanjakan. Di rute ini, kami sering sekali menuntun sepeda kami karena kami tidak kuat mengayuh sepeda melewati tanjakan. Saat bisa sampai di Gua Maria Sendangsono, kami merasa puas karena di sini kami bisa bermalam dan juga berdoa dengan tenang di sini. Ada kejadian menarik di sini yang cukup berkesan di sini. Saat itu selepas berdoa, kami mendapati bekal makanan yang kami bawa telah habis dimakan oleh anjing-anjing di sekitar Gua Maria. Kesalahan kami juga kala itu, karena meninggalkan semua perbekalan di gasebo jauh dari tempat kami berdoa. Kami merasa aman tapi ternyata tidak aman dari gerombolan anjing. Hari kedua kami melanjutkan perjalanan menuju Borobudur. Inilah alasan kami melakukan perjalanan ini. Ada rasa bangga karena akhirnya kami bisa mencapai Borobudur dengan diantar sepeda. Kami merasa menang! Setelah beberapa jam di Borobudur, kami melanjutkan perjalanan menuju Jogja melewati Muntilan. Kami sampai di Jogja sekitar jam 4 sore. Sesampainya di Jogja, kami memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan. Kami memutuskan buat beristirahat di kos seorang teman di Jalan Kaliurang. Di hari berikutnya, kami akhirnya pulang ke rumah kami masing-masing. Saya dan Langgeng berpisah di perempatan Palbapang, Langgeng pulang ke rumahnya di daerah Cepoko sedangkan saya masih harus mengayuh sepeda lagi untuk sampai ke Wates. [caption id="attachment_223208" align="alignnone" width="604" caption="memasuki kawasan Borobudur"]

13561503771448007589

[/caption] Perjalanan ketiga yang saya lakukan mengambil rute Wates-Wedi-Tawangmangu. Kali ini, selain bersama Langgeng, saya juga ditemani oleh Dian -saudara Langgeng-. Di hari pertama saat akan memulai perjalanan, kami mengalami insiden kecil. Saat itu rem torpedo milik Dian mengalami gangguan. Kami berhenti sejenak mencari bengkel untuk memperbaiki kerusakan. Di bengkel, kami harus menunggu hingga 3 jam karena ternyata banyak sepeda yang antri "berobat". Masalah selesai, kami pun melanjutkan perjalanan keluar dari wilayah Jogja. Di timur Prambanan, kami belok ke kanan ke arah Srowot menuju Wedi. Perjalanan masih tetap berlanjut walau hari telah gelap. Kami bersepeda dengan penerangan seadanya. Kurang lebih jam 10 malam, kami berhenti di GKJ Baki. Kami menumpang bermalam di sana. [caption id="attachment_223209" align="alignnone" width="480" caption="bermalam di GKJ Baki"]

1356150972943882039

[/caption] Hari selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju Tawangmangu. Belum sampai Karanganyar, kepala saya terasa amat pusing dan pandangan mata berkunan-kunang. Dengan berat hati saya menyudahi perjalanan saya hingga di sini. Hanya Langgeng dan Dian yang meneruskan perjalanan, saya tak mau ambil resiko dengan keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Jujur saya merasa kecewa karena tidak bisa menuntaskan perjalanan hingga Tawangmangu. Langgeng bercerita bahwa mereka berdua bermalam di GKJ Tawangmangu dan menikmati sejuknya Tawangmangu. Entah kapan lagi saya bisa ke sana dengan bersepeda. [caption id="attachment_223211" align="alignnone" width="576" caption="di depan loss temabakau di daerah Srowot"]

1356151410985162387

[/caption] Ketiga perjalanan tersebut saya lakukan dengan sepeda jengki jauh sebelum saya mengenal istilah touring bike. Kala itu yang saya pikirkan adalah bagaimana menempuh jarak sekian kilometer dengan bersepeda. Setelah mengenal istilah touring bike dan mengenal teman-teman sesama penyuka touring bike di facebook, saya makin menyukai aktifitas bersepeda. Bersepeda jarak jauh melatih saya buat menempa kekuatan niat selain menyenangkan. Berani mencoba? [caption id="attachment_223214" align="alignnone" width="576" caption="kyai Krebet"]

13561520561563390084

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline