Film Arinitidak sesederhana kisah tentang sepasang kekasih dengan beda usia yang terpaut jauh. Produk sinematik ini juga bukan semata mengusung premis soal hak perempuan untuk memperoleh cintanya pada kesempatan kedua di tengah tekanan norma masyarakat.
Jauh dari dua poin itu, Ismail Isbeth, sang sutradara, berhasil meramu Arinimenjadi cerita visual dengan aneka konflik pembangun cerita yang lengkap dan tuntas. Kita pun seperti diajak berempati pada perasaan Arini tinimbang menuduhnya sebagai pencinta berondong.
Aku sudah tidak percaya lagi dengan cinta
Ungkapan Arini (Aura Kasih) ini terpantul secara tepat ke dalam gerak, laku, dan dialognya yang dingin. Suatu sikap yang juga ia tampakkan kala pertama kali dirinya masuk ke dalam bingkai film (frame) di sebuah gerbong kereta.
Di kereta yang membawanya ke Nurnberg, Jerman, ia lemparkan tatapan kosong ke luar jendela seolah hendak membuang pikiran berat yang menggelayut di benaknya. Tapi tentu saja itu sia-sia setelah kedatangan mendadak seorang pemuda.
Ya, Nick (Morgan Oey), secara tiba-tiba, menghampiri Arini dan merusak lamunannya. Tapi Arini tetap dingin. Konsistensi sikapnya itu terhadap gangguan Nick seolah menegaskan kematangan usia Arini.
Kedewasaan yang terus ia tunjukkan hingga bersedia memberikan uang kepada Nick agar mampu membeli tiket untuk aksi backpacking-nya yang nekat. Kematangan yang lagi-lagi Arini hadirkan saat menerima kedatangan mendadak Nick di kamar apartemennya.
Saat itu kita mungkin bertanya-tanya: apa motif Nick (23 tahun) terus mengejar Arini (38 tahun) dan alasan Arini menerima kehadiran orang baru di kamarnya? Seketika muncul empati kita kepada Arini yang seolah hidup menyendiri alias kesepian dan merindukan kehadiran seorang teman.
Dari sini, Ismail Isbeth mulai mencicil jawabannya. Ia lempar mata penonton ke masa lalu Arini kala ia bertemu dengan teman lamanya, Ira (Olga Lydia).
Di kereta menuju Yogyakarta itu, Arini dan Ira terlibat baku-cakap yang sangat akrab sebab keduanya belum pernah bertemu selepas lulus sekolah menengah atas. Tapi rupanya, sosok Arini sama dengan masa depannya: dingin.
Tentu saja bukan karena kematangan usia, bisa jadi karena kecerdasan di kepalanya yang membuatnya tidak banyak tingkah laiknya laku Ira kepada Arini. Pertemuan yang kemudian berlanjut dengan upaya Ira menjodohkan Arini dengan Helmi (Haydar Salishz).