Tahun 2017 ini pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terus dikebut pengerjaannya. Pemerintah berharap pada tahun 2018 nanti BIJB sudah dapat beroperasi melayani masyarakat, bahkan pemerintah ingin keberangkatan Haji & Umroh untuk daerah Jawa Barat dan sekitarnya mulai tahun 2018 dilakukan dari BIJB.
Bandara Internasional Jawa Barat memang bukan bandara kecil, jika kita melihat data spesifikasi pembangunan BIJB. Bandara ini direncanakan akan memiliki 2 (dua) buah landasan pacu (runway)yang dikerjakan dalam 2 (dua) tahap pembangunan, pembangunan tahap I dibangun landasan pacu sepanjang 3.000 M dan lebar 60 M,
sedangkan tahap II direncanakan akan dibangun landasan pacu sepanjang 3.500 M dan lebar 60 M. Landasan pacu sepanjang ini sangat "ramah" untuk digunakan lepas landas (takeoff)atau mendarat (landing) pesawat berbadan lebar (wide body) seperti Boeing 777 atau bahkan super jumbo sekelas Airbus A380. Dan yang perlu anda ketahui, bahwa pembangunan gedung terminal BIJB tahap I diperkirakan mampu melayani 5 (lima) juta penumpang/tahun. (Simak pula: Data spesifikasi pembangunan BIJB)
Dalam tulisan ini saya tidak ingin terlalu banyak menulis tentang seperti apa BIJB nanti setelah selesai dibangun?, akan tetapi dalam kesempatan ini saya ingin berpendapat mengenai peningkatan arus lalu-lintas kendaraan akibat dari keberadaan BIJB. Sebelum terlalu jauh membahas peningkatan arus lalu-lintas sebagai dampak dari BIJB, saya ingin memperlihatkan sebuah data dan fakta tentang kondisi lalu lintas (baca: kemacetan di Indonesia).
- Jakarta (Indonesia) adalah kota peringkat ke-3 paling macet di Dunia (sumber data: Tomtom Traffic Index, Tahun 2017);
- Indonesia adalah negara peringkat ke-3 paling macet di Dunia (sumber data: INRIX, tahun 2017);
- Menurut Aloisius De Rozari dan Yudi Hari Wibowo (tahun 2015), penyebab utama kemacetan adalah banyaknya volume kendaraan, yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan;
- Potensi Penyebab Kemacetan:Pertumbuhan jumlah sepeda motor selama 2 (dua) tahun, dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 sejumlah 14.148.165 unit (sumber data: Badan Pusat Statistik);
- Potensi Penyebab Kemacetan:Pertumbuhan jumlah mobil selama tahun 2016, sejumlah 1.177.797 unit (sumber data: Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia);
- Potensi Penyebab Kemacetan:Angka pertumbuhan jalan di Indonesia selama 2 (dua) tahun, dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 hanya tumbuh 15.974 Km (sumber data: Badan Pusat Statistik), dan realita dilapangan untuk penambahan atau pengembangan ruas jalan baru di perkotaan (pusat kemacetan) itu relatif sulit, tidak semudah menambah ruas jalan di daerah;
- Potensi Penyebab Kemacetan:Proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 adalah sebanyak 305.652.400 jiwa, dan itu lebih dari 50% atau setengahnya tinggal di Pulau Jawa (sumber data: Badan Pusat Statistik);
- Sedangkan luas Pulau Jawa kecil kemungkinan bertambah.
Data-data diatas menunjukan bahwa kemacetan lalu lintas saat ini sangat mengancam kehidupan manusia, sebab dari kemacetan yang terjadi bisa berdampak ke berbagai aspek kehidupan, sebut saja aspek ekonomi dan aspek sosial. Saat kita terjebak macet, berapa liter bahan bakar yang terbuang sia-sia? berapa waktu kita terbuang sia-sia di jalanan? dan stres adalah dampak psikososial yang selalu hadir menyertai anda saat menghadapi kemacetan.Bahkan pada tahun 2016, belasan orang meninggal dunia akibat kemacetan di Gerbang Tol Brebes Timur, Jawa Tengah. (Simak pula: 12 Orang Meninggal Dunia AKibat Terjebak Macet Horor di Brebes)
Selain dari penambahan volume kendaraan yang tidak berbanding lurus dengan kapasitas jalan, pusat keramaian atau fasilitas umum seperti Bandara juga bisa menimbulkan kemacetan. Kenapa? fasilitas umum seperti Bandara akan mengundang orang atau masyarakat dalam jumlah banyak untuk datang, dan kedatangan orang dalam jumlah banyak tersebut dapat membuat lalu lintas menjadi padat sehingga kemacetan tidak bisa kita hindari. Apalagi kalau orang atau masyarakat yang datang ke Bandara tersebut masing-masing membawa kendaran, tidak terbayangkan seperti apa crowded-nya lalu lintas dari dan menuju Bandara.
Meskipun keberadaan Bandara sebagai fasilitas umum sangat memungkinkan menimbulkan kemacetan, tapi kemacetan adalah hal yang harus sangat dihindari oleh Bandara. Karena kalau Bandara sering macet, kepercayaan masyarakat sebagai user, mitra, dan investor akan berkurang.
Salah satu solusi mengurangi atau mencegah kemacetan dari dan menuju Bandara, adalah dengan pembangunan akses jalan Tol langsung menuju Bandara, seperti halnya di berbagai negara maju di dunia, tol dengan kota itu dihubungkan oleh jalan bebas hambatan (tol). Saya sependapat dengan Luhut Panjaitan (Menko Kemaritiman) mengatakan bahwa BIJB harus tersambung dengan Tol Cipali (Simak pula: Luhut ingin Bandara Kertajati segera Tersambung Tol Cipali)
Tetapi sayangnya pendapat Bupati Majalengka bertolak belakang dengan pendapat Menko Kemaritiman, ternyata Sutrisno (Bupati Majalengka) tidak setuju dibangun Tol langsung ke Bandara Internasional Jawa Barat. Sutrisno lebih setuju masyarakat yang akan menuju BIJB dari Tol Cipali keluar dulu ke jalan biasa, baru masuk ke BIJB. Sutrisno berpendapat, "Kalau saya izinkan akses jalan tol menuju bandara, jika sudah beroperasi nanti, otomatis tidak akan terjadi pertumbuhan ekonomi di sekitar area bandara. Karena lalu-lalang kendaraan itu hanya keluar masuk tol" (Simak pula: Bupati Majalengka Tolak Pembangunan Tol Bandara)