Lihat ke Halaman Asli

Bani Rizki Arsyad Ahlibaet

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi (Kajian Q.S. An-Nisa/4 : 22-24)

Diperbarui: 17 Mei 2024   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tangerang Selatan, 17 Mei 2024 pukul 20.51 WIB

Menikah dengan pasangan yang seiman merupakan prinsip yang ditanamkan dalam Islam dengan berbagai hal yang perlu diperhatikan. Ada beberapa alasan yang mendasari prinsip tersebut agar menikah dengan yang seiman akan lebih baik daripada yang bukan seiman, seperti dapat mempermudah keselarasan dalam beribadah, kedamaian rumah tangga, menghindari konflik di dalam rumah tangga, metode pendidikan anak, dan keridaan Allah SWT. Namun sebelum sepasang muslim akan melakukan pernikahan, tentu ada banyak hal yang perlu diperhatikan yang salah satunya terkait nasab/garis keturunan di dalam sebuah keluarga.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-Nisa/4 : 22-24 yang menyebutkan 15 golongan wanita yang haram untuk dinikahi karena masih terikat dengan hubungan darah (keluarga) yang sama. Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai hal tersebut.

A. Q.S. An-Nisa/4 : 22

"Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau."

Ayat ini merupakan larangan menikahi ibu tiri. Bangsa Arab jahiliah memiliki tradisi yang buruk dalam menempatkan posisi/derajat wanita, seperti:

1. Apabila seorang bapak wafat dan meninggalkan anak-anak & istri lain selain ibunya, maka anak laki-laki harus mengawini janda ayahnya itu tanpa akad nikah baru.

2. Seorang istri yang sudah digauli suami kemudian dijatuhi talak, berkewajiban mengembalikan maskawin yang pernah diterimanya.

3. Melarang dengan semena-mena istri yang ditinggalkan bapaknya untuk kawin kecuali dirinya.

Setelah Islam datang, perbuatan tersebut telah dilarang oleh Allah SWT dan Allah melihat perbuatan tersebut sebagai "fahisyah (bertentangan dengan akal sehat/moralitas), maqtan (bertentangan dengan wahyu/tidak sejalan dengan ketetapan Allah), & saa'a sabiilaa (tradisi atau sistem yang buruk)."

Simpulan ayat tersebut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline