Gambar kreasi dari berbagai sumber.
Belajar memahami ISIS dari Muhammad. AS Hikam ( harus memahami dulu siapa Muhammad AS Hikam itu sebenarnya.)
Berawal dari tulisan Muhammad AS Hikam tentang pendapat cak Nun mengenai ISIS yang kurang lebih Cak Nun mangatakan :
"Semua itu rekayasa, ada yang membikin dan tidak mungkin gerakan itu menjadi 'main stream', karena apa mungkin orang sedunia menjadi ISIS semua," katanya di Temanggung, Jumat (3/4/2015) malam.
Dimana Pak Hikam mengomentari bahwa apa yang dikatakan Cak Nun itu lebay. Pak Hikam sangat yakin bahwa ISIS merupakan masalah sangat serius dan ancaman dunia, bukan karena saya memuja Cak Nun tapi kerena saya juga memiliki pandangan yang sama dengan Cak Nun.
Saat itulah saya ikut menanggapi dengan saya rujukkan pada tulisan saya,
Saya tidak tahu apakah beliau telah membaca dengan tuntas tulisan saya dan memahami apa yang terkandung didalamnya, tapi tanggapan beliau, langsung menghakimi bahwa tulisan saya sarat dengan konspirasi basi secara lengkap tanggapan beliau seperti dibawah ini
Muhammad A S Hikam @Dawam: Analisa anda sangat sarat dengan teori konspirasi. Dan itu bukan hal yang baru sama sekali. Tetapi anda juga harus tahu bahwa banyak sekali analisis yang lebih kuat dan masuk akal ketimbang sekedar teori konspirasi. Saya berikan satu saja contoh. Buku yg berjudul "ISIS: Inside the Army of Terror" krya M. Weiss dan Hassan Hassan (2015), memberikan pemaparan dari lapangan maupun dari berbagai sumber akademis mengenai ISIS. Kalau saya membandingkan isi buku tsb dg analisa anda, saya tentu lebih yakin menggunakan buku tsb sebagai sumber. Dan isinya jelas menolak argumen bhw organisasi teror tsb adalah hanya rekayasa AS dll belaka
Dari tanggapan beliau selanjutnya terjadi diskusi menarik seperti dibawah ini.
Ibnu Dawam Aziz Bp. Muhammad AS . Hikam ISIS hanya sebuah rekayasa, tidak akan berkembang sampai ke Indonesia. Setiap gerakan sekecil apapun, maka sumber pembiayaan dan maksud sebenarnya dari sebuah gerakan sudah bisa dibaca. Di Indonesia membenturkan antara Syiah dan Sunji masih butuh waktu. Akan tetapi ISIS effect memeng dikelola oleh kaum Islamophobi di Indonesia untuk menjadikan Islam semakin menjadi momok kehidupan. Yang saya tulis diatas, mungkin terlalu sederhana , akan tetapi itu adalah yang terjadi sebenarnya, Pertempuran di Timur Tengah adalah media cuci gudang Pabrik senjata untuk mengalihkan beban anggaran senjata ke kilang minyak Timur Tengah, bisa Kilang yang ada di Arab Saudi, Iran, Irak maupun di Syria.
Muhammad A S Hikam @Dawam: Tesis anda itulah yang saya tolak karena anda tidak punya bukti soal rekayasa tsb atau pun argumentasi yg bisa dipertanggungjawabkan. Bacalah literatur yang lebih banyak tentang ISIS dan gerakan radikal Islam di Timteng yang sekarang sudah merambah Eropa dan bahkan AS, jangan hanya menganggap analisa anda sendiri yang sudah sahih.
Soal ISIS tidak akan berkembang atau sebaliknya, justru itu merupakan tigas seluruh anak bangsa. Faktanya, mereka yg ingin gabung dg ISIS bukan semakin berkurang di negeri kita. Ini bukan sebuah reka-rekaan apalagi terori konspirasi. Perjuangan membendung radikalisme harus dilakukan sedini mungkin dan sekuat tenaga. Terlalu meremehkan bahaya radikalisme akan menghancurkan diri sendiri.
Ibnu Dawam Aziz Pak AS Hikam. Pernyataan Hillary Clinton sudah cukup membuktikan, bahwa ISIS itu sebuah rekayasa. Memang benar ISIS sangat berbahaya , tapi bahaya ISIS bagi Indonesia adalah ISIS Effect, dimana ISIS akan dimanfaatkan untuk de Islamisasi di Indonesia. Pak AS Hikam pasti sudah mengerti de Islamisasi dengan lebih baik yang saat ini telah berganti wujud berbaju de radikalisasi. Pak AS Hikam, saya sudah mengikuti irama de Islamisasi sejak tahun 1975 , saya pernah menjadi orang yang harus mengawasi Para Kiyai dan melaporkan kiyai mana yang harus dibungkam. ISIS telah dijadikan dasar untuk menutup semua media Islam, itu ISLAMOPHOBI , Umat Islam harus begitu ketakutan dengan ISIS , itu opini yang harus dibangun.akan tetapi sebenarnya yang lebih berbahaya bagi Umat Islam di Indonesia madalah ISIS effect .
Ibnu Dawam Aziz Pak AS Hikam , sejak tahun 1972/1973 bukan hanya satu lembar dokumen CSIC tentang de Islamisasi dan Kristenisasi yang telah kami baca dan pelajari,
Muhammad A S Hikam @Dawam: Saya sudah mengatakan bhw apa yg disebut dg pernyataan Hillary itu ternyata hoax saja. Kalau anda bisa temukan statemen tertulis langsung dari Hillary, coba kemukakan di sini. Bukan kata orang ttg Hillary lho. Kalau itu sih banyak.
Soal deislamisasi dan ISIS yg anda bilang terjadi sejak 1970-an. Bagaimana mungkin, wong ISIS itu baru muncul pada 2014 kok. Jangan-2 anda ikut ngawur juga, tanpa mempelajari apa itu ISIS dan apa bedanya dengan organisasi Islam radikal lainnya? Kalau analisa anda ngawur, tentu hasilnya juga pengawuran!
Muhammad A S Hikam @Dawam: Saya ingatkan saja pada anda, bahwa kita sedang diskusi tth ISIS, bukan soal deislamisasi, Islamophobia, dll. Kalau anda mau diskusi soal itu silakan saja, tetapi bukan di dalam konteks status ini.
Ibnu Dawam Aziz ISIS nya baru muncul pada 2014 tapi ARAB Spring kapan muncul ? ARAB Spring juga bukan muncul begitu saja tapi satu rangkaian dengan perang teluk yang lain ? Inilah kunci perang ARAB, kilang minyak. Perang IRAK versus IRAN berapa lama berjalan ? sejarah panjang Timur Tengah tidak bisa dipotong-potong, begitu saja. Aktornya bisa berbeda, tapi ada dalam satu skenario dengan produser yang sama. Osamah Bin Laden itu juga reka yasa, Bom WTC juga rekayasa. Silahkan bilang saya termakan teori konspirasi, akan tetapi dalam politik memang 80 % adalah konspirasi. Saya juga katakan de Islamisasi itu muncul oleh Pater Beek dan dilakukan secara efektif oleh Ali Moertopo, sedangkan de Radikalisasi baru muncul era SBY kemudian baru effectif saat ini. Menurut teori hubungan antara de Islamisasi dengan de radikalisasi tidak bisa dibuktikan, itu yang akan BAPAK sampaikan. Juga tidak ada hubungan antara ISIS, Perang Irak - Iran . Saya berani bicara tentang ISIS setelah mencoba mempelajari mengapa ISIS harus ada.
Muhammad A S Hikam @Dawam: Lha kalu semua anda kait-2kan, jangan-2 ISIS sudah muncul semenjak Nabi Adam juga? Tidak ada urusannya ISIS dengan Pater Beek, CSIS, Ali Moertopo dll. Pikiran anda makin tidak jelas dan penuh dengan hayalan yang bukan-bukan, Sudah waktunya anda bangun dari mimpi dan melihat realitas dengan lebih baik.
Anda pun tidak paham bedanya antara "teori konspirasi" dengan "konspirasi sebagai fenomena politik." Yang pertama cuma othak-athik, yang kedua adalah sebuah praksis politik. Nah, kalau membedakan ini saja anda tidak becus, saya makin meragukan kualitas analisis anda. Pantas saja kesana-kemari gak karuan.
Ibnu Dawam Aziz Bapak Prof. AS Hikam bisa mentertawakan saya karena kita memang berbeda, kita mempunyai sudut pandang yang berbeda. Seorang Pakar seperti Bapak, itu dibatasi oleh metode yang dibuat sendiri, sedangkan kami yang mempelajari nilai-nilai budaya dan kehidupan secara empiris tidak dibatasi ruang dan waktu. Bila Bapak bicara tentang ISIS maka bapak akan membatasi terbatas pada ISIS itu sendiri, saya tahu itu. Akan tetapi justru saya ingin buka cakrawala pandang Bapak bahwa ilmu itu tidak terbatas. Juga yang kita bahas bukan hanya ISIS nya tapi bahaya ISIS bagi Indonesia. Bila kita bicara tentang bahaya ISIS bagi Indonesia maka kita tidak bisa lepas dari de radikalisasi di Indonesia yang dikaitkan dengan ISIS, bila kita bicara tentang de Radikalisasi di Indonesia , maka kita tidak bisa meninggalkan de Islamisasi. saat kita sudah bicara de Islamisasi maka kita harus sampai pada Pater Beek, saat kita sampai pada Pater Beek, Pada saat kita bicara tentang Pater beek , maka kita akan sampai pada hulunya yaitu CIA, pada saat itulah terjadi hubungan tak terpisahkan antara ARAB SPRING, bahkan dengan Pemboman menara kembar WTC bahkan Bom Bali sampai siapa yang mebiayai DR. Azahari. dan yang terakhir mengapa ISIS harus ada. Dan yang paling penting adalah bahaya ISIS bagi Indonesia, saat itulah kami yakin ISIS tidak ada bahayanya bagi Indonesia, tapi ISIS Effect menjadi ancaman yang terbesar bagi umat Islam di Indonesia dan Dunia.
Muhammad A S Hikam @Dawam: Saya tentu tidak menutup kemungkinan ketrkaitan antara ISIS dengan masalah politik, ekonomi, geopolitik, dan sosial budaya serta keagamaan di Indonesia. Tetapi membicarakan masalah ini tidak bisa hantamkromo dan kesana-kemari tanpa ana laur logika yang jelas. Saya sudah bilang, silakan anda meu bicara soal Islamophobia, Pater Beek, CSIS dll. Tetapi jangan mengacau balaukan diskusi yang sudah jelas lingkupnya yaitu ISIS dan konteks TimTeng.
Kalau cara analisa anda digunakan, maka orang akan kehilangan fokus, dan status ini tidak akan ada nilainya. Karena lalu seperti warung kopi yang tidak jelas juntrungannya. Silakan saja anda di TL anda sendiri bicara apapun yang menurut anda bagus. Tetapi sejauh di dalam Forum ini, saya akan berusaha mengarahkan wacana dan diskusi dalam topik yang memang ada dalam status awal. Nah analisa anda jelas tidak fokus, dan malah membuyarkan alur diskusi yang sudah baik. Maka itu saya minta agar anda tidak mengacaukannya dengan anlisisis yang berdasar tepri konspirasi. Nanti semuanya jadi tidak jelas dan kabur kesmana-mana. Saya setidaknya tidak akan membiarkan anda mengacau forum ini dengan cara analisis anda. Kalau anda masih nekad, saya yang mengalah. Gitu saja kok repot!
Pada saat itulah ada akun @Bhagonk yang meragukan Bahwa Muhammad AS Hikam seorang Doktor dan dianggap sebagai akun abal-abal bahwa kemudian saya hanya coba meyakinkan Bhagonk tentan ag siapa AS Hikam dengan kalikmat dibawah ini.
Ibnu Dawam Aziz @ Bhagonk . beliau betul Bp. AS Hikam Yang meraih gelar Doktor di Unversitas Hawai. dan pernah menjadi menteri Riset jaman Gus Dur. Insya Allah saya tidak salah, Seperti sebagian besar Alumnus AS. sangat setia pada almamaternya, hanya sedikit diantara alumnus AS, yang rela AS dituduh sebagai biang kerok
Muhammad A S Hikam @Dawam: Nah, anda mulai memfitnah saya karena saya sekolah di Amerika kan? Lalu apakah anda juga mau memfitnah Amien Rais, Buya Syafi'i Maarif, Dien Syamsudin, Nurcholis Majid alm, dsb yang juga alumni AS? Anda bukan saja ngawur, tetapi mulai jadi tukang fitnah.
Ibnu Dawam Aziz Gus Dur memang bukan Almamater AS, Mukti ali ? - Dawam Raharjo ? - saya katakan sangat sedikit bukan berarti tidak ada maaf saya keluar conteks.
Muhammad A S Hikam @Dawam: Gus Dur memang bukan, demikian juga Buya Hamka. Lalu kalau sangat sedikit itu jumlahnya berapa? Apa yang membuat anda merasa punya hak utk memfitnah para alumni sekolah di AS? Terus terang saya muak dengan orang-2 seperti anda, karena yang membuat negeri ini rusak sejatinya antara lain adalah manusia-2 dengki dan cupat seperti anda. Shame on you!
Ibnu Dawam Aziz Oke, hak Bapak Doktor AS Hikam muak pada saya, dan orang-orang seperti saya. tapi umat Islam di Indonesia ini akan menjadi saksi pkok perbedaan pikuiran kita adalah Bapak mengatakan ISIS berbahaya bagi Indonesia dan saya mengatakan ISIS tidak berbahaya bagi Indonesia, akan tetapi ISIS Effect sangat berbahaya bagi umat Islam di Indonesia bahkan di Dunia. ISIS itu masalah kecil , tapi ISIS Effect itu yang sengaja dirancang dan sudah dirasakan di Indonesia dengan ditutupnya semua situs Islam di Indonesia, sama persis dengan menera kembar WTC Effect yang berhasil menempatkan sebuah opini dunia bahwa Islam adalah teroris. Saya yakin Bapak faham maksud saya.
Muhammad A S Hikam @Dawam: Yang membuat saya muak bukan pandangan atau analisis anda ttg ISIS, tetapi karena anda memfitnah saya seolah-2 bahwa lulusan AS adalah selalu membela kepentingan negara tsb.
Kemudianhubungan terputus, AS Hikam telah memutus link pada akun saya
Maka melalui tulisan sayaini sebagai hak jawab saya sekaligus sebagai bukti bahwa saya bukan melontarkan fitnah pada saat saya menjelaskan siapa AS Hikam kepada Bhagonk, bahwa rujukan beritayang dipercaya oleh Doktor Muhammad AS Hikam tentang ISIS semua berfasal dan berdasarkan kepentingan Amerika serikat. Bahwa Doktor Muhammad AS Hikam hanya mau menerimasemua berita yang dianggap penuh kebenaran dan mempunyai bobot ilmiah ternyata hanya yang berasal dari “ Pakar pembentuk opini Dunia “ dari Amerika serikat.
Pantaskah seorang Doktor memutus pembicaraan sepihak hanya karena merasa lawan diskusinya dianggap melakukan fitnah dimana fitnah itu tidak dibuktikan keberadaannya ? Dr. AS Hikam boleh memiliki IQ yang sangat tinggi, akan tetapi dengan perilakunya ada dua hal yang perlu di pertanyakan, yaitu apakah beliau mempunyai EQ yang cukup mengantarkan seorang Doktor menjadi arif ? Atau memang ada agenda tersembunyi dibalik semua pendapatnya sehingga apa yang disembunyikan takut terbuka dengan sendirinya didepan publik.
Dua hal yang keduanya sangat menyedihkan, bila yang pertama yang sebenarnya terjadi, maka dunia Ilmu pengetahuan Negeri ini memang sakit diisi oleh para pemimpin tidak mempunyai keseimbangan Intelektual dengan kematangan emosional. Akan tetapi bila hal kedua yang terjadi, maka praduga bahwa dunia pendidikan telah mengahancurkan negeri ini dari dalam dengan berhasil menciptakan Para Pakar yang mumpuni pada bidangnya sekaligus menjadikan seorang pemimpin Bangsa yang bermental inlander. Yang tidak berani menggali kebenaran dengan berbekal imunya, akan tetapi hanya menerima secara penuh semua Informasi yang berafiliasi dengan almamaternya tanpa reserve.
Beliau seorang Muyhammad AS Hikam ternyata berkeberatan dengan komentar saya menanggapi @Bhagonk dengan kata kata yang pedas pada saya
Muhammad A S Hikam @Dawam: Yang membuat saya muak bukan pandangan atau analisis anda ttg ISIS, tetapi karena anda memfitnah saya seolah-2 bahwa lulusan AS adalah selalu membela kepentingan negara tsb.
Tanggapannya sangat pedas pada saya, tapi ternyata semua link yang beliau rujukkan pada saya semua adalah link yang merupakan satu bentuk Propaganda Barat.Salah satu contoh adalah yang saya kutip berikut ini.
A revelatory look inside the world's most dangerous terrorist group.
Initially dismissed by US President Barack Obama, along with other fledgling terrorist groups, as a “jayvee squad” compared to al-Qaeda, the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) has shocked the world by conquering massive territories in both countries and promising to create a vast new Muslim caliphate that observes the strict dictates of Sharia law.
In ISIS: Inside the Army of Terror, American journalist Michael Weiss and Syrian analyst Hassan Hassan explain how these violent extremists evolved from a nearly defeated Iraqi insurgent group into a jihadi army of international volunteers who behead Western hostages in slickly produced videos and have conquered territory equal to the size of Great Britain. Beginning with the early days of Abu Musab al-Zarqawi, the founder of ISIS’s first incarnation as “al-Qaeda in Iraq,” Weiss and Hassan explain who the key players are—from their elusive leader Abu Bakr al-Baghdadi to the former Saddam Baathists in their ranks—where they come from, how the movement has attracted both local and global support, and where their financing comes from.
Political and military maneuvering by the United States, Iraq, Iran, and Syria have all fueled ISIS’s astonishing and explosive expansion. Drawing on original interviews with former US military officials and current ISIS fighters, the authors also reveal the internecine struggles within the movement itself, as well as ISIS’s bloody hatred of Shiite Muslims, which is generating another sectarian war in the region. Just like the one the US thought it had stopped in 2011 in Iraq. Past is prologue and America’s legac
Sebagai Muslim sejak lahir saya sadar benar bahwa perselisihan Syiah dengan Sunni, merupakan sasaran empuk bagi kepentingan Barat untuk membuat sebuah konspirasi di Timur Tengah. Maka saya, mungkin Cak Nun berfikiran sama bahwa ISIS itu hanya rekayasa. ( MEGA REKAYASA ) yang berkesinambungan dengan rekayasa untuk melemahkan Islam .
Inilah mengapa bagi Indonesia yang terpenting bukan ISIS, ISIS tidak akan pernah sampai ke Indonesia, akan tetapi ISIS Effect bisa masuk kedalam sendi-sendi kehidupan yang merusak satunya Islam dengan Pancasila merusak tata nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu yang sudah nyata adalah pembredelan semua SITUS ISLAM yang lurus dan pembiaran terhadap Situs ISLAM LIBERAL , situs SYIAH dan semua Situs yang merusak Islam dari dalam.
Salam prihatin buat dunia pendidikan di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H