Lihat ke Halaman Asli

Presiden SBY Pasca-2014

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13667278111840547231

Foto  :  faceminang.com

Gonjang-ganjing Politik sebagai akibat dari maraknya praktik KKN yang melibatkan hampir semua elit politik Negeri ini, tidak terkecuali Dinasti Cikeas yang banyak dikaitkan dengan Skandal Century dan Kasus Hambalang membuat rakyat mereka-reka , apa yang bakal terjadi dan langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh Presiden SBY untuk mengantisipasi hal-hal yang bakal dihadapi pasca pemerintahannya nanti.

Pertemuannya dengan para mantan Jenderal , sebagai langkah awal yang cukup berarti setelah bergabungnya Letnan Jenderal (Purn) Suaidi Marasabessy kedalam Partai Demokrat, sebagai Wakil Ketua Komwas yang diketuai oleh TB. Silalahi. Dua Jenderalyang pada masanyaberseberangan kalau TB Silalahi dekat dengan LB. Moerdani maka Suaidi Marasabessy ada dalam barisan Jenderal ICMI, seperti Feisal Tanjung, Hartono, Sudi Silalahi termasuk Wiranto dsb.

Presiden SBY melakukan pertemuan dengan tujuh jenderal purnawirawan TNI, yakni Jenderal (Purn) Luhut Pandjaitan, Jenderal (Purn) Fahrul Rozi, Jenderal (Purn) Subagyo HS, Letnan Jenderal (Purn) Agus Wijoyo, Letnan Jenderal (Purn) Johny Josephus, Letnan Jenderal (Purn) Sumardi, dan Letnan Jenderal (Purn) Suaidi Marasabessy. Pertemuan dilakukan di Istana Negara pada tanggal 13 Maret 2013. Setelah dua hari sebelumnya Presiden SBY mengundang Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Negara pada tanggal 11 Maret 2013.

Bersama SBY, dua kubu militer yang pernah berseberangan pada zaman akhir Orde Baru, kali ini menyatu dalam satu wadah alumni angkatan. Buat apa kalau bukan karena untuk sesuatu yang besar ? Presiden SBY menyusun satu langkah besar menyongsong pasca pemerintahannyayang terancam berbagai kasus hukum, itulah yang dapat dirasakan. Bila dilihat dari kacamata politik, melepaskan Dinasti Cikeas dari tuntutan hukum harus dilakukan melalui berbagai jalan.

Pertama melalui suksesi kepemimpinan dalam internal Dinasti.

Bila SBY berhasil melaksanakan ini, dinasti Cikeas tetap berlangsung seperti harapan SBY, kasus Hukum dinasti Cikeas akan tetap tersimpan dalam almari besi. Sayang porak poranda dalam tubuh Partai Demokrat telah membawa Partai Demokrat surut kebelakang. Untuk menerima suksesi kepemimpinan seperti jauh panggang dari pada api. Inilah mengapa SBY mencari alternatif lain. Dan langkah yang ditawarkan adalah wacana Konvensi Nasional Partai Demokrat. Inilah pilihan yang akan diambil SBY berikutnya.

Konvensi Nasional Partai Demokrat merupakan langkah cantik walaupun akan banyak menuai kritik. Satu model suksesi dengan melibatkan rakyat pemilih yang mendahului Pilpres yang sebenarnya, memang memungkinkan terpilihnya seorang tokoh yang merupakan pilihan rakyat yang kemudian dikemas dalam wadah Partai.

Berkaca pada popularitas SBY yang dapat mendongkrak perolehan Partai Demokrat,maka diharapkan Tokoh Hasil konvensi yang dipilih dengan melibatkan pilihan rakyat ini juga akan mampu mendongkrak Partai Demokrat kembali pada posisi sebelumnya. Sayang konvens ini akan membawa akibat mahalnya biaya politik yang akan dikeluarkan. Kalau Anas Urbaningrum menurut Nazaruddin terpaksa harus menggali Proyek Hambalang hanya untuk dapat menduduki jabatan Ketua Umum Partai Demokrat, dengan cara apa peserta konvensi CAPRES akan memenuhi kebutuhan extra dana kampanye sebelum masuk pada PILPRES yang sebenarnya ?

Pendekatan terhadap Kolega yang sesama jenderal, merupakan langkah ketiga yang dipilih SBY. Ini merupakan hal penting yang telah dilakukan SBY. Bersih-bersih Demokrat dengan mengundang alumni seangkatan merupakan salah satu langkah terhadap pelestarian dinasti dengan mengalihkan suksesi ketangan para mantan Jenderal. Berkumpulnya para mantan Jenderal, bahkan kedatangan Prabowo Subianto merupakan satu signal telah tergalangnya kesepakatan untuk saling mendukung.

Bila ketiga langkah ini salah satu berhasil, maka SBY akan dengan tenang menikmati masa tuanya dan kasus-kasus hukum yang membayangi dinasti Cikeas juga akan tetap tersimpan dalam almari besi. Karena semua langkah yang di lakukan SBY bermuara pada adanya HUTANG BUDI dari calon yang menerima suksesibaik melalui internal dinasti Cikeas, melalui konvensi maupun dukungan terhadap para mantan Jenderal yang diulakukan SBY.

Masih ada langkah lain yang harus dipersiapkan SBY, yang bagi para penganut mistis religius akan dikaitkan dengan Jongko Joyoboyo yang terkenal dengan Satria Piningit, dimana SBY menempati urutan ke-enam Satria Piningit yang diberi gelar Satria Boyong Pambukaning Gapura. Satria Boyong artinya Ksatria yang berpindah secara keseluruhan artinya SBY harus BEDHOL PATHOK pada pasca pemerintahannya , hal ini sudah terbaca dalam berbagai pidato SBY yang menyatakan Amerika adalah Negara kedua SBY. Bila itu yang terjadi maka SBY akan Bedhol Pathokbersama Budiono untuk BOYONG kesatu tempat dimana kasus hukum yang menimpa dinasti Cikeas tidak bisa manjangkau.

Benarkah ?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline