Lihat ke Halaman Asli

Jokowi - JK versus Prabowo - Hatta dan Koalisi Dibelakangnya

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14006593391505255562

Gambar Kreasi dari sumber yang jelas.

Jokowi - JK versus Prabowo - Hatta dan koalisi dibelakangnya.

Hasil PILEG yang membawa semua Partai Politik harus rela malakukan koalisi menjadikan pola koalisi akan menentukan pada PILPRES yang akan datang. Adalah satu kenyataan bahwa system Presidensiil menuntut adanya kekuatan dan peran yang dominan bagi seorang Presiden untuk menunjukkan Pemerintahan yang berhasil membawa Negeri ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta percaturan dunia Internasional. Untuk itulah maka kedua poros kekuatan Politik yang dimotori oleh PDIP dan Partai Gerindra membangun sebuah koalisi yang kuat.

Bila PDIP sebagai pemenang Pemilu Legislatif 2014 membangun Pola Koalisi tanpa syarat yang merupakan pola koalisi penundukan terhadap PDIP sebagai Pemenang Pemilu sekaligus sebagai Pimpinan Koalisi dimana Partai peserta koalisi dituntut untuk menyerahkan kebijakan sepenuhnya kepada PDIP, maka Partai Gerindra dituntut untuk lebih dulu menyelesaikan perbedaan dan menyamakan kepentingan Partai Koalisi sebelum akhirnya terjadi kesepahaman dan kesepakatan kerja sama, maka bila koalisi PDIP adalah koalisi Penundukan, Koalisi Partai Gerindra adalah koalisi kesepahaman.

Begitu peliknya permasalahan yang dihadapi Partai Gerindra untuk membangun satu koalisi. Berbagai pendekatan dan pemahaman serta pembentukan komitmen bersama ternyata harus menyelesaikan lebih dulu perbedaan-perbedaan kepentingan untuk diambil jalan keluar, termasuk kepentingan-kepentingan individu para elit Partai Politik yang pada awal membangun Partai Politik adalah untuk mencapai kekuasaan.

Pergulatan internal Partai Politikpun terjadi sebelum adanya kesepakatan untuk melakukan koalisi seperti yang terdapat di Partai GOLKAR maupunPPP akan tetapi perbedaan internal itu telah terselesaikan dengan tuntas secara aklamasi sebelum koalisi eksternal terbangun.

Adalah hal yang sangat wajar dan memang harus terjadi bila ada dua Partai Politik yang berkoalisi didahului dengan tawar menawar kepentingan sampai betul-betul terjadi kesepahaman, apa lagi bila koalisi berupa koalisi jamak dari berbagai Partai Politik. Alhamdulillah atas kebesaran hati para Pimpinan Partai Politik dan petunjuk Allah yang menggerakkan hati seseorang, masalah paling pelik ternyata bisa diatasi dengan baik.

Adalah satu bukti nyata bahwa Prabowo Subianto mampu menyatukan berbagai perbedaan untuk bermuara pada satu kesepahaman bersama. Satu kebersamaan tanpa basa-basi karena semua yang mengganjal telah terselesaikan tanpa ditutup-tutupi. Inilah bentuk nyata dari sebuah “Koalisi Kesepahaman.” Yang mendasari satu bentuk kebijakan Politik yang sangat kuat mendukung satu system pemerintahan Republik Presidensiil.

Bagaima dengan Koalisi Penundukan yang dibangun Megawati dari PDIP ?

Sepintas Koalisi Penundukan merupakan satu koalisi yang sangat solid, yang tanpa memunculkan permasalahan bagi semua Partai Politik yang bergabung. Semua datang untuk bergabung dengan tanpa syarat sedikitpun, semua tunduk atas kebijakan yang telah dibangun dan diciptakan oleh King Maker tanpa syarat.

Benarkah demikian ?

Untuk melihat bahaya apa yang mengancam koalisi ini bisa dilihat rekam jejak semua peserta koalisi.

Partai NASDEM yang didirikan oleh Surya Paloh dari sebuah ORMAS yang saat pendiriannya melibatkan berbagai kalangan lintas Partai Politik dan lintas latar belakang yang dengan begitu saja dilebur menjadi satu Partai Politik dengan meninggalkan semua komitmen yang pernah terbenruk.

“MENINGGALKAN KOMITMEN” itulah yang akan dilakukan oleh Partai NASDEM sebagai ancaman masa depan koalisi ini.

PKB yang dimotori oleh Muhaimin Iskandar dengan rekam jejak yang jauh dari nilai-nilai kesetiaan, dimana awal karier Muhaimin Iskandar ditandai dengan menikam dari belakang terhadap Paman dan sekaligus “GURU” nya sendiri yang kemudian dengan culasnya menempatkan Rhoma Irama dan Mahfudz MD sekedar untuk menjadi pendongkrak suara PKB dan ambisi politiknya. Muhaimin Iskandar adalah sosok yang ”KOMITMENNYA” sama sekali tidak bisa dipegang. Inilah ancaman kedua terbesar koalisi ini.

Partai HANURA. Partai besutan Wiranto ini dimulai dengan keterpurukan ditengah hiruk pikuk perlombaan menuju 2014. Bila kemudian tertolong oleh kedatangan Hary Tanoe yang mampu mendongkrak elektabilitas Partai menjadi lolos parliamentary threshold sebetulnya sudah harus disukuri. Akan tetapi justru malah Hary Tanoe yang dipersalahakan atas ketidak berhasilan Partai HANURA mengusung pasangan Capres dan Cawapres. Perpecahan antara Hary Tanoe dengan Wiranto untuk menentukan mitra koalisi menunjukkan tidak adanya ujud kesetiaan terhadap “KOMITMEN” antara keduanya.

Apakah Megawati sebagai KING MAKER telah melihat hal ini ? Apakah PDIP telah mempertimbangkan rekam jejak rekan koalisinya ?

Bila PDIP dan Megawati belum mempertimbangkan rekam jejak rekan koalisinya maka PDIP dan Megawati besar kemungkinan akan kecolongan.

Akan tetapi bila Megawati dan PDIP sesungguhnya telah melihat rekam jejak mitra koalisinya dan telah mempersiapkan antisipasinya, maka koalisi ini menjadi koalisi basa-basi. Koalisi dengan menyembunyikan semua keinginan dan penuh dengan adu strategi terhadap mitra koalisinya.

Alasan Kesamaan Platform, kepentingan, visi dan misi untuk dua Partai Politik seperti yang dilontarkan oleh Megawati, Jokowi, Surya Paloh maupun Muhaimin Iskandar itu TIDAK AKAN PERNAH ADA. Bila ternyata ada, justru merupakan satu kebodohan besar karena kesamaan seperti itu akan membawa partai politik untuk berfusi

Salam prihatin Koalisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline