Judul ini merupakan kesinambungan uraian dalam artikel bersambung Kawah Candradimuka, yang merupakan wahana pendadaran dalam upaya memahami dan membangun dasar sejatinya manusia.
Ucapan persaksian kedua dalam dua kalimah syahadad, aku bersaksi Muhammad utusan Allah. Untuk mengawali pokok bahasan ini mari kita bertanya kepada diri kita sendiri. Sudahkah kita melaksanakan sesuai dengan persaksian yang kita ucapkan atau hanya sebatas dipengucapan belaka?
Hendaklah kita jujur dalam menjawabnya kalau sudah katakan sudah, kalau belum katakan belum. Karena yang mengetahui akan hal tersebut ya hanya diri kita sendiri, orang lain tidak akan mengetahui apa yang ada dalam pikiran kita; Dan hanya kita sendirilah yang dapat merubahnya.
Kalau memang belum, ya diakui belum tidak usah merasa malu atau gengsi untuk mengakui kesalahan atau kekurangan atau kekhilafan diri kita sendiri, toh hanya diri kita sendiri yang mengetahuinya. Itu kalau memang kita ingin memperbaiki diri.
Mengapa? Karena ya hanya diri kita sendiri yang akan dapat memperbaikinya, dan bukan orang lain apapun predikat dan sebutannya apakah: ulama, kyai, ustad, imam, pendakwah, penyampai risalah dan sebutan lainnya. Apalagi orang, selagi Allahpun tidak akan merubahnya.
Al Qur'an surat Ar Ra'd ayat 11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergilir-an, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tetapi kalau sudah merasa bisa melaksanakan atau meneladani Beliau, sekali lagi mari bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita meneladani Beliau sebagai utusan Allah atau meneladani Beliau sebagai orang Arab?
Kalau kita sudah dapat meneladani Beliau sebagai nabi dan utusan Allah, mestinya ............................
Perjalanan kita selama melakoni hidup dan kehidupan
di atas dunia ini tak ubahnya perjalanan
Al Qur'an itu sendiri.