Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Kawah Candradimuka

Diperbarui: 17 Mei 2024   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sudah bukan hal baru lagi bahwa setiap hajat besar lima tahunan bangsa Indonesia berupa Pilpres atau Pemilihan Presiden, tentu disertai dengan bergemanya sebutan Satrio Piningit.

Mengapa demikian? Ya karena masyarakat pada umumnya berkeyakinan, bila Indonesia di pimpin oleh Satrio Piningit akan dapat mencapai kejayaan, dan kemakmuran bagi bangsa dan negara Indonesia.

Siapa sesungguhnya yang dimaksud dengan Satrio Piningit? Hendaklah kita selalu ingat, dan sadar bahwa sisi batiniah atau sisi gaib manusia adalah berupa Ruh, yang ditiupkan langsung oleh Yang Maha Suci ke dalam wadag atau jazad manusia. Oleh karena itu manusia sesungguhnya mempunyai sifat -- sifat kesucian layaknya sifat - sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Atau dapat juga dikatakan bahwa manusia itu mempunyai sifat-sifat ke-Illahian. 

Kecuali hal tersebut Ruh yang ditiupkan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, juga bersifat gaib. Karena memang langsung berasal dari Yang Maha Gaib, oleh karena itu tidak tampak mata atau tersembunyi atau tan kasat mata, dan untuk memudahkan mengingat kita sebut Sang Suci.                                       

Tetapi mengapa disebut Satrio Piningit? Disini menunjukkan betapa patuh, dan disiplinnya nenek moyang kita terhadap pelaksanaan keyakinannya. Nenek moyang mewariskan pitutur luhur atau nasehat luhur kepada generasi penerus, juga disampaikan dalam bentuk perumpamaan atau kiasan. Ini sesungguhnya mengingatkan kita, kepada firman Allah. Firman Allah umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, karena dimaksudkan agar manusia mau berpikir. 

Demikian juga sebenarnya keinginan nenek moyang, hanya sayangnya generasi sekarang terbiasa mengkonsumsi makanan yang sifatnya instant -- instant saja. Jadi tetap tidak mengerti, walau perumpamaan atau kiasan itu disampaikan dengan atau dalam bahasanya sendiri; Apalagi disampaikan dalam bahasa asing atau dalam bahasa yang tidak dipahami.

Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan mencoba mengemasnya dengan bahasa yang sederhana saja agar orang awam sekalipun dapat mengerti, dan memahami dengan baik dan benar. Sehingga diharapkan pada gilirannya sifat - sifat ke-Illahian dapat tercermin dalam tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata kita sehari -- hari.

Satrio atau Kesatria dapat diilustrasikan dalam jagad pewayangan, salah satunya adalah Satrio Pringgondani. Seorang Kesatria putra Bratasena atau Bima dari keluarga Pandawa, dengan putri dari Kerajaan Pringgondani bernama Dewi Arimbi. Tidak lain adalah Gatotkaca.

Saat kecilnya Gatotkaca bernama Jabang Tetuko sudah dipercaya menjadi utusan dewata, untuk memadamkan huru-hara yang terjadi di Kahayangan akibat ulah prajurit, dan patih Sekipu yang ditolak lamarannya oleh Dewa. Akhirnya semua prajurit, patih Sekipu termasuk Rajanya dapat dikalahkan sang Gatotkaca yang memang mempunyai kesaktian luar biasa.                                    

Buah dari darmabakti atau karya atau perbuatan atau amal sang Gatotkaca dapat memadamkan huru -- hara di Kahayangan, Gatotkaca lalu diwisuda menjadi Raja para Dewa sebagai pahala atau hadiah atau ganjaran atau gift atas keberhasilan melaksanakan tugasnya (amal/perbuatannya).  

Walau Gatotkaca masih kecil, namun telah mampu mengalahkan patih Sekipu, dan para prajurit termasuk Rajanya. Karena sebelumnya sang Jabang Tetuko digembleng para dewa, dengan cara dilebur bersama berbagai pusaka dewata yang ampuh-ampuh di dalam kawah Candradimuka. Dilebur tidak hancur lebur tubuhnya, tetapi malah menjelma menjadi seorang Kesatria gagah perkasa, kemudian memakai pakaian sakti lalu maju ke medan laga dengan nama Gatotkaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline