Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Si Kuning

Diperbarui: 6 Maret 2024   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebagaimana rutinitas biasanya setiap pagi aku memberi makan ikan, menyiram tanaman hias, pohon mangga, dan halaman rumah / Apotek agar tidak berdebu menggunakan pompa air yang memang telah disediakan untuk keperluan tersebut. 

Tetapi pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2022 tidak seperti biasanya, aku lebih lama di dekat kolam karena melihat ikan yang berwarna kuning terapung, dan tergeletak diam tak bergerak sepertinya sudah mati.

Mulutnya sudah tidak membuka - menutup seperti layaknya ikan yang masih hidup, dan siripnya juga sudah tidak bergerak lagi. Melihat kondisi ikan yang berwarna kuning sebut saja si Kuning seperti itu, aku lalu akan mengambil untuk dibuang ke pinggir kolam. Tetapi niat tersebut urung karena aku masih bisa melihat bagian penutup insangnya sedikit membuka -- menutup meski lamban, terlintas dalam benakku wah ikan ini belum mati.

Si Kuning lalu aku senggol -- senggol sambil sedikit mengangkatnya, lalu aku dekatkan gelembung -- gelembung udara yang keluar dari aerator agar mendapat asupan oksigen cukup. Karena sudah tidak dapat bergerak, dan tergeletak posisinya maka aku memegangi agar dapat tegak seperti posisi ikan yang masih hidup, konsekuensinya tanganku terendam air sampai pergelangan tangan. Lama -- lama satu sirip bergerak pelan, sesekali pegangan kulepas ternyata posisi si Kuning belum dapat tegak sendiri, dan masih miring.

Dengan terus memegangi si Kuning agar dapat dalam posisi tegak tetap kupegang di dekat aerator, dengan penuh harapan semoga si Kuning masih dapat diselamatkan karena Allah.

Lama - lama semua sirip, dan ekor dapat bergerak kemudian aku lepas, tetapi tampaknya belum dapat bergerak bebas. Aku coba membantu dengan mendorong agar dekat dengan makanan,  tetapi tidak mau makan.

Karena kulihat gerakan ekor tampaknya masih kaku, lalu aku apit dengan 2 jari -- jari sambil menggerak -- gerakkan ekor ke kiri, dan ke kanan dengan konsekuensi tangan terendam air.

Puji syukur aku haturkan kehadirat Allah, karena si Kuning sudah dapat berjalan normal setelah dilepaskan, sambil mendorong -- dorongnya agar lincah seperti ikan yang lain. Alhamdulillah ... karena kelihatannya sudah normal, dan lincah si Kuning kutinggal lalu menyiapkan pupuk daun untuk menyemprot tanaman hias.  Seusai menyemprot tanaman aku melihat ke kolam, dan puji syukur si Kuning semakin lincah saja kelihatannya. 

Siang hari aku lalu makan siang seperti biasa tidak ada keluhan apa -- apa, justru agak lumayan nikmat makannya dapat nambah sedikit nasi. Selesai makan, piring aku bawa ke tempat cucian piring bersamaan dengan itu seolah -- olah dari dalam perut ada yang mendorong, dan muntahlah aku saat itu. Sampai 2 kali aku muntah, sehingga tampaknya apa yang tadi ku makan keluar semua. Setelah tuntas muntahnya aku merasakan badan agak panas, perut terasa kembung dan saat ku raba ada bunyi seperti angin yang bergerak.

Masuk angin bisa saja terjadi karena tanganku terendam air selama membantu menyelamatkan si Kuning, yang entah berapa lama tidak ku pikirkan; Yang terpikir justru aku harus selalu memegangi si Kuning agar tetap bisa tegak posisinya, dan dapat bergerak lincah kembali.

Alhamdulillah di sore hari saat memberi makan ikan, aku merasa senang karena dapat melihat si Kuning sudah semakin lincah saat kusenggol, dan berenang bersama ikan -- ikan yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline