Setelah membaca, dan mengaji atau mempelajari Al Qur'an sudahkah kita dapat menemukan butir -- butir makna yang tersirat atau butir -- butir makna yang tersembunyi atau butir -- butir makna batiniah yang terkandung di dalamnya, dan menempatkan di dalam hati sebagai filter rasa?
Filter rasa ini selanjutnya kita posisikan sebagai standar penilaian atau standar evaluasi diri, dan sebagai pedoman serta tuntunan selama kita melakoni hidup di atas dunia ini? Karena hanya diri kita sendirilah, yang dapat merubah apa yang ada dalam diri kita, bukan orang lain apapun sebutan, dan predikatnya.
Al Qur'an surat Ar Ra'd ayat 11. Bagi manusia ada malaikat - malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Al Qur'an diwahyukan kepada nabi Muhammad sekitar 14,5 abad yang silam, dan sebagai umat pengikut nabi mestinya memposisikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup selama melakoni hidup di atas dunia ini. Mari kita evaluasi bersama, sudahkah Al Qur'an dipedomani, dan dilaksanakan atau diamalkan sesuai petunjuk-Nya demi terwujudnya kedamaian di atas dunia ini? Sudahkah terwujud cahaya terang benderang bagi umat manusia?
Kalau kita mau jujur menilainya, tampaknya pelaksanaan Al Qur'an hingga saat ini masih perlu dievaluasi, dan diluruskan.
Mengapa? Karena Al Qur'an yang sesungguhnya adalah petunjuk Allah atau firman Allah umumnya justru dibelokkan arahnya, dan diturunkan derajatnya hanya sebatas mantra, dan jimat belaka layaknya yang dapat kita lihat di media sosial. Diantaranya: Putar 10 menit saja. Tangis pecah!! Putar ayat ini 1 x saja. 20 milyar dikirim orang tak dikenal; Ada lagi: Baca 1 x saja subuh pagi hari. Pembuka 1.000 pintu rezaki, sehat, panjang umur, hajat terkabul, hidup tenang bebas hutang. Cukup putar dan dengarkan. Dan masih banyak lagi pernyataan -- pernyataan senada yang berlalu lalang di media sosial.
Kondisi seperti itu sangatlah memprihatinkan karena dapat menjerumuskan, atau menyesatkan umat. Mengapa? Karena bukannya mengajari, dan mendorong umat agar memahami petunjuk-Nya sehingga dapat melaksanakannya dengan baik, dan benar tetapi justru akan menjauhkan umat dari petunjuk Allah yang katanya diimani.
Apakah pernyataan-pernyataan seperti itu sudah benar, dan tepat sebagai wujud pengamalan atau wujud pelaksanaan ayat -- ayat Allah? Atau justru sebaliknya merupakan wujud pengingkaran atau wujud pendustaan ayat-ayat Allah yang cenderung melecehkan, dan menurunkan derajat Al Qur'an hanya sebatas mantra, dan jimat belaka? Silahkan dinilai sendiri.
Kita harus berani jujur menilainya manakala kita ingin memperbaiki diri, kalau benar dikatakan benar, kalau salah dikatakan salah terhadap apa -- apa yang telah kita kerjakan selama ini, lalu bergegas untuk memperbaikinya menuju ke jalan yang baik, dan benar sesuai petunjuk Allah.
Tidak usah merasa malu untuk menyalahkan diri kita sendiri, karena tidaklah mungkin kita akan dapat melakukan perbaikan atas diri kita tanpa mau mengetahui, dan tanpa mau mengakui kesalahan diri kita sendiri.
Amat berat resikonya manakala kita melanjutkan hal -- hal yang belum sesuai dengan petunjuk-Nya, karena apapun yang kita lakukan kita sendirilah yang harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah. Sebagaimana difirmankan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.