Lihat ke Halaman Asli

Bangun Sayekti

Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Gelas Kosong 2

Diperbarui: 29 Maret 2021   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salam jumpa saudara - saudaraku, semoga keselamatan dan rahmat Allah selalu tercurah bagi kita semua, amiin.

Untuk melekatkan diingatan kita tentang pengajian atau pembelajaran bertingkat, penulis ketengahkan kembali pembelajaran secara non formal diawali dari tingkatan sareat, lalu berlanjut pembelajaran ditingkat tarekat, lalu berlanjut pembelajaran ditingkat hakekat, selanjutnya berlanjut pembelajaran ditingkat makripat.

Dengan demikian seseorang yang mengaji atau mengkaji atau mempelajari suatu pokok bahasan, hendaklah berupaya agar dapat memahami makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, atau makna batiniyah dari tingkatan sareat sampai dengan tingkatan makripat. Artinya dapat memahami makna yang terkandung dalam setiap pokok bahasan yang bila diibaratkan sebagai buah, dapat mengerti makna buah tadi sejak dari kulit sampai dengan dapat mengerti atau menikmati isi buahnya.   

Analog dengan uraian tersebut mudah - mudahan kita dapat mengaji atau mempelajari dengan baik, dan benar Al Qur'an yang merupakan ayat -- ayat Allah yang tertulis. Oleh karena itu hendaklah dipahami dengan baik, dan benar pemaknaan mengaji. Misal mengaji Al Qur'an. Artinya kita mempelajari makna batiniyah yang terkandung dalam Al Qur'an, dengan harapan semoga Allah mengizinkan kita dapat memahami, dan selanjutnya melaksanakan atau mengamalkan perintah, dan petunjuk Allah tersebut dengan baik, dan benar. Lalu apakah pahala, atau hadiah, atau ganjaran, atau gift yang diberikan Allah kepada kita? Pahala yang kita dapatkan dari Allah, berupa pemahaman atas makna batiniyah yang terkandung dalam Al Qur'an sehingga kita dapat mengamalkan dengan baik, dan benar.

Jadi mengaji Al Qur'an hendaklah, tidak disama artikan dengan mempelajari cara membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab. Kalau ini yang dilakukan, apakah kita juga akan mendapat pahala dari Allah? Sudah barang tentu, juga akan mendapat pahala karena Allah Maha Pengasih, jadi apapun yang diminta manusia tentu akan dikabulkan. Lalu apa wujud pahala yang akan kita terima? Wujud pahala yang kita terima pastinya kita dapat membaca kitab Al Qur'an dalam tulisan dan bahasa Arab dengan lancar, tetapi tidak memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya.

Sejalan dengan alur pikir tersebut, juga hendaklah kita gunakan untuk mengaji atau mempelajari ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis berupa semesta alam atau jagad raya seisinya termasuk diri manusia, sebagaimana diilustrasikan dengan buah duren pada artikel terdahulu, sehingga kita dapat melaksanakannya dengan baik, dan benar. 

Untuk mengetahui pengajian bertingkat tersebut, secara singkat dapat penulis sampaikan sebagai berikut. Tingkat sareat. Adalah tingkatan lahiriyah, atau bisa dikatakan tingkat dasar, atau baru berupa sampul atau kulit. Kalau ayat -- ayat  Allah yang tertulis ya baru berupa perintah, dan petunjuk Allah yang tertulis dalam buku atau kitab Al Qur'an itu. Tetapi bila berupa ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis ya baru berupa ciptaan Allah yang: terlihat, terdengar, tercium, atau terasa yang tergelar disemesta alam atau di jagad raya seisinya ini termasuk diri manusia.

Andaikan ayat - ayat Allah tadi dikaji atau dipelajari hanya ditingkatan sareat: membaca, melagukan, menghafalkan, melihat, mendengar, mencium, dan merasakan  saja. Mari dibiasakan untuk bertanya kepada diri sendiri, lalu kita menjawab dengan jujur. Kalau hanya sampai ditingkatan sareat ini saja yang saya lakukan, lalu apa manfaat yang saya peroleh agar dapat melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini dengan baik? Silahkan dijawab sendiri dengan jujur, menggunakan roso pangroso.

Tingkat Tarekat. Dari perintah, dan petunjuk Allah yang tertulis atau yang tidak tertulis tadi kita kaji dengan baik agar dapat menangkap makna batiniyahnya, paling tidak mengerti cara untuk melaksanakannya dengan baik, dan benar. Ini dapat dikatakan kajian ditingkatan tarekat (batiniyah). Atau dengan kata lain, dari perintah, dan petunjuk Allah yang tertulis maupun yang tidak tertulis dikaji makna yang tersirat didalamnya, agar menemukan cara sehingga dapat melaksanakan atau mengamalkannya dengan baik, dan benar.

Tingkat Hakekat. Dari makna batiniyah yang telah dilaksanakan dengan baik, dan benar mudah - mudahan si pelaku akhirnya dapat mengerti dengan pasti lalu meyakini, dan menjiwai kebenaran yang terkandung didalamnya. Dengan telah memahami secara utuh kebenaran sejati yang terkandung didalamnya, si pelaku dapat dikatagorikan pengajiannya telah sampai pada penjiwaan kebenaran sejati, sehingga tidak tergoyahkan oleh siapapun.

Tingkat Makripat. Dari tingkat hakekat atau penjiwaan atas perintah, dan petunjuk Allah yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari - hari, mudah - mudahan Allah mengijinkan seseorang untuk dapat merasakan: apa - apa yang akan dilakukan, apa - apa yang akan diperbuat, dan apa - apa yang akan dikatakan dalam keseharian-nya. Alangkah bahagianya hidup kita, bila sudah sampai dalam tingkatan roso pangroso atau makripat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline