Lihat ke Halaman Asli

Bangun Rohmadi

Kepala Sekolah SMP IT Nur Hidayah Surakarta

Infinite Game Pendidikan

Diperbarui: 1 Juni 2024   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya tertarik dari salah satu video youtube yang disampaikan Simon Sinek, belau memaparkan buku yang ditulisnya yang berjudul Infinite Game. Ringkasnya, video itu sedikit banyak menyinggung tentang perbedaan antara finite dan infinite game (permainan terbatas dan Permainan Tanpa batas). 

Pembahasan dimulai tentang Finite game, finite game memiliki beberapa kondisi yaitu permainannya sudah jelas, tujuan yang disepakati dan jumlah pemainnya sudah pasti. Para pemain berusaha untuk memenangkan dari permainan yang dilakukan dalam kurun waktu yang disepakati. Contoh dari permainan ini adalah sepak bola, bassball, basket dan olah raga/sport sejenisnya. Sedangkan Infinite game memiliki kondisi seperti pemainnya bisa diketahui dan tidak diketahui, peraturannya bisa berubah, tujuannya agar permainnya terus berjalan sampai kurun waktu yagn tidak tentu. Dalam infinite game, pemain yang menang adalah pemain yang dapat terus berjalan, pemain yang kehabisan sumber daya, motivasi dan sumber energi maka dia yang akan keluar dari permainan.

Ketika permainan terbatas atai finite game bertemu dengan infinite game, maka yang akan menang adalah infinite game, contohnya perang antara amerika dengan Vietnam, antara amerika dan Afganistan, kita ketahui sendiri siapa pemenangnya. Amerika ingin memenangkan pertempuran, sementara Vietnam maupun Afganistan ingin bertahan dinegerinya. Pada akhirnya, Amerika hengkang dari kedua negara tersebut. Begitu pula dalam bisnis, dalam kurun beberapa waktu, Microsoft ingin menyaingi Apple, maka Microsoft ingin membuat produk yang canggih melebih Apple, baik secara fitur, aplikasi dan sebagainya. Maka energi Microsoft habis digunakan untuk hal demikian. Sementara itu, Apple bergerak tidak ingin menyaingi siapapun, yang ingin dilakukan adalah bagaimana produknya dapat memberi solusi kepada para pelajar dalam belajar dan memberi solusi bagi guru dalam mengajar. Dan kini kita tahu, Apple menjadi Top Leader dalam produknya.

Nah, kalau kita Tarik dalam Pendidikan, bagaimana relevansi Infinite game di sekolah atau lemabga Pendidikan? Dalam Pendidikan ada istilah lucu, kami sedang bersaing dengan kompetitor, kami menjadi sekolah nomor satu, pertanyaanya aturan mana yang membuat menang dari kompetitor dan juara satu?

Lembaga Pendidikan yang masuk dalam 'infinite game' adalah Lembaga yang akan bertahan lama. Lembaga Pendidikan yang tidak menyukai kemenangan, tapi mempertahankan eksistensinya akan bertahan lebih lama.

Didalam infinite game, sejatinya tidak bersaing dengan kompetitor atau Lembaga Pendidikan yang lain, akan tetapi sebenarnya sedang bersaing dengan dirinya sendiri, karena tantangan terbesar adalah bagaimana mengelola 'rumah tangganya' sendiri. Karena Lembaga Pendidikan pasti menghadapi tantangan. Dan memang untuk mampu bertahan itu, akan dihadapi kemajuan dan kemunduran, itu adalah hal biasa, namun yang tidak boleh hilang dan lepas adalah kemauan untuk belajar dan kemampuan untuk beradaptasi sehingga masyarakat masih memiliki minat yang tinggi, serta terjaga eksistensinya.

Dinamika dilembaga tentunya juga berbeda, karena pengelola Pendidikan memiliki latar belakang yang berbeda pula. Ketika kapasitas pengelola sesuai dengan kebutuhan Yayasan, maka tantangan dan persoalan akan mudah untuk dihadapi dan diselesaikan, akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya, kapasitas Lembaga yang dikelola tidak sepadan dengan tuntutan, maka akan terjadi dinamika yang akan menahan dari kemajuan. Maka agar mampu bertahan harus mau berbenah, kalau mau terus eksis harus segera menyadari kekurangannya. Mempertahankan ke egoisan akan membuat laju Lembaga akan berjalan lebih pelan, memegang teguh pandangan fix mindset dari pada growth mindset akan membuat perjalanan Lembaga kurang stabil.

Inti dari infinite game adalah membuat Lembaga lebih baik, baik dari sisi pelayanan, manfaat produktifitas meningkat,, kepercayaan masyarakat. Berada dalam zona infinet game adalah pertarungan besar, bukan pertarungan kecil, sehingga para pemimpin Lembaga memiliki empathy yang kuat memiliki perpektif yang baik. Dua hal ini akan mengubah Lembaga memili obsesi masa depan yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline